Aku mulai bisa memahami, mengapa bapakku menempelkan nama lestari di belakang nama depanku. Mungkin dia mengharapkanku jadi seorang yang menghargai masa lalu, benda-benda kuno yang langka, yang terancam punah dan hal-hal berbau retro bin katrok.
Dan tampaknya harapan ini membentukku jadi sosok yang seperti ini. Coba aja lihat kesukaanku. Suka mendatangi tempat-tempat yang kuno, langka, naturalistik, berbau seni budaya lampau daripada tempat-tempat yang modern, kafe, pub dan tempat nongkrong keren lainnya.
Aku lebih suka naek andong, becak, sepeda. Dan canggung binti kagok jika dipaksa naik mobil. Bingung ngebukanya, pilekan jika kena AC-nya. Hahaha..
Aku lebih suka mengoleksi perangko daripada mengoleksi gadget.. Aku lebih suka bermain di sawah daripada bermain "gembot", PS dan aneka games di kompi. Walhasil, jika menemani adik-adikku ke timezone, komentar katroklah yang mereka serukan padaku. Karena tak satu pun mainan yang bisa kulakukan, sementara mereka begitu gesit dan terampilnya.
Aku juga lebih suka sate, brengkes, sambel trasi, es dawet, es cendol daripada pizza, salad, burger, macaroni, cola dan sebangsanya. Bagiku, makanan-minuman modern itu ga bikin ngiler tapi malah bikin mblenger..
Haa, mulailah aku bisa memahami. Mengapa namaku berakhiran dengan nama lestari. Kalau Anda bagaimana, bagaimana anda memaknai nama yang telah diberikan ortu pada Anda ? ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H