Tentu saja dari sudut pandang ini polemik sosial akan dipahami sebagai dialektika antar individu dan seperti yang bisa dilihat dari sudut pandang Soren Kierkegaard polemik tersebut akan lebih berada di wilayah individu dalam perenungan  yang tidak berujung dengan gairah "mengetahui" yang tidak pernah padam karena atribut keimanan dengan sendirinya, secara analitik, das ding an sich memang pertama kali menampilkan "kesendirian" bukanlah "keriuhan" kolektif  atau pondasi wujud-wujud kolektif  terletak pada pengolahan polemik dalam wilayah individu.
Jadi yang akan muncul adalah polemik dengan sifat yang berbeda dengan tingkat ketegangan yang jauh lebih longgar karena komunitas yang menempatkan persepsi hubungan antara agama dan kemanusiaan dalam wilayah individu akan memunculkan hubungan kolektif  yang  bersumber dari sumber-sumber personal yang sudah melakukan pengolahan dan pengelolaan  kognitif sehingga komunitas akan cenderung memahami karakter-karakter dalam sebuah film tersebut sebagai dinamika  individu.
Tetapi  komunitas yang menampilkan  hubungan antara agama dan kemanusiaan yang berasal dari pencarian pengetahuan secara deduktif dari sumber-sumber kolektif yang legitimasinya bukan dari arah individu-kelompok akan menampilkan  polemik dengan tingkat ketegangan yang lebih kuat sehingga karakter dalam film akan cenderung dipahami sebagai karakter yang mewakili komunitas, bukan individu.
Hal tersebut tampaknya tidak diantisipasi oleh pembuat film.
............Yang terakhir niat baik saja ternyata tidak cukup. Penyampaian yang baik disertai kehati-hatian, kecermatan dan kearifan juga tidak kalah pentingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H