Sayangnya Bapak Mario Teguh lebih memilih jalan yang lebih sederhana dari upaya-upaya sebelumnya yang tidak bisa dianggap sebagai upaya sulit karena kecilnya sifat dialektik dan ilmiah dalam praktek pemberian motivasinya. Di sisi lain pengambilan keputusan untuk meninggalkan dunia pertelivisian semakin menegaskan bahwa apa yang dikampanyekan memang tidak bisa dimasukkan sebagai materi ilmiah karena seorang ilmuwan akan mempertanggungjawabkan klaimnya dan berusaha keras untuk mempertahankan validitas kebenaran ilmiahnya meskipun sebagai konsekuensi sifat dialektik dan spekulatifnya, ilmuwan tidak dituntut untuk melakukan kesimpulan akhir dan menawarkan obat mujarab untuk seluruh persoalan (panacea).
Apakah era kejayaan motivator akan meredup dengan kejatuhan Bapak Mario Teguh?
Jawabannya terletak pada apa yang akan dilakukan oleh para pejuang pengakomodasian nilai universal dalam bingkai pluralisme ini. Keputusan yang diambil, apakah akan berusaha memasukkan nilai-nilai yang teruji keilmiahannya ataukah akan tetap berada dalam zona aman dengan tetap mengkampanyekan keindahan hidup dalam struktur pemahaman yang tidak teruji keilmiahannya dan mempertahankan penggunaan klaim-klaim metafisik umum yang sering ditempatkan di panggung kehormatan struktur berpikir umum yang menekankan kenyamanan dalam kesederhaan dan kepolosan strukturnya, akan diuji validitasnya dengan tingkat kemungkinan penerimaan publik.
Tetapi yang jelas terlihat dari kasus kejatuhan Bapak Mario Teguh, tingkat penerimaan publik mengalami dinamika, tidak statis. Masyarakat yang mengalami kontak dengan dunia keilmuan yang salah satu wujudnya adalah perkembangan teknologi dalam beberapa tingkatan akan menuntut aspek-aspek keilmuan dari sebuah klaim seperti terlihat dari tuntutan sejauh mana klaim Bapak Mario Teguh bisa diterapkan dalam semua situasi (“hidup tidak sesederhana atau seindah apa yang diomongkan Mario Teguh”).
Lalu manakah yang harus dipilih, apakah pendekatan yang begitu ilmiah ataukah pendekatan yang begitu sederhana dengan bahasa umum? David Hume, seorang empirisis Inggris, dalam bab 1 an Enquiry Concerning Human Understanding berkata, “Bergairahlah dalam ilmu pengetahuan, tetapi ilmu pengetahuan itu harus menyentuh manusia dan pemikiran seperti itu akan mencerminkan hubungan langsung dengan tindakan dan masyarakat.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H