Mohon tunggu...
Dee Hwang
Dee Hwang Mohon Tunggu... penulis -

Seorang pencerita lokalitas; Pemain Biola di SAMS Chamber Orchestra Jogjakarta. (dee_hwang@yahoo.com)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mamak

3 Juli 2016   10:08 Diperbarui: 3 Juli 2016   10:25 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam ketakberdayaan semacam ini, saya memilih berdamai dengan ketentuan-Nya. Saya lepaskan kesempatan bekerja di kota dengan penghasilan melebihi seorang PNS. Namun saya tak sudi meninggalkan mamak seorang diri. Ia tak ingin pergi kecuali tinggal di kota yang sama dengan pusara Bak. Meninggalkan mamak dengan seorang yang dapat mengasuhnya? Apalagi gagasan semacam itu. Saya tak ingin ambil resiko. Kini, tahulah mengapa saya memilih profesi sebagai seorang penulis cerita khususnya islami. Ini profesi paling yang aman agar tak kehilangan kesempatan. Selain karena menulis adalah kemampuan saya, dengan takaran jam yang lebih sering saya pun dapat menyenangkan mamak, kapan pun.

*****

Lauk mujair di piring tinggal tulang. Sebentar lagi, Mamak pasti hendak melaksanakan tarawih di mushola depan. Untuk ini, mamak memang membuat saya takjub. Ia masih saja kuat menjalankan ibadah. Ia menjalani dengan penuh kesukaan meski jumlah obat yang dimunum tidak ada yang berubah, meski bisa saja ia batal karena kebelet kencing atau buang air lagi.

Saya memang takjub, namun tentu saja kali ini saya menahannya. Ketika mamak hendak mengambil wudhu, saya menjelaskan bahwa besok hari raya. Mamak melongo, entah senang-sedih karena harus berpisah dengan bulan kesayangannya.  Mamak memang tak ingat kalau tak diingatkan. Akhirnya, ia hanya tertawa pada kelupaannya.

Mamak bangkit menuju kamar tidur sambil mengepit sebuah buku; saya menyerahkannya sebelum berbuka puasa tadi. Meski mamak buta huruf, setidaknya ia tahu dan tak perlu takut pada mimpinya lagi. Saya telah membuatnya abadi melalui cara yang paling halal; di halaman persembahan buku saya yang ketiga itu, nama mamak terterah di sana.

*****

(Dimuat di Harian Nasional Amanah, edisi Sabtu, 2 Juli 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun