Beberapa hari lagi tahun ajaran baru dimulai. Sejauh ini sekolah si sulung belum ada pembicaraan untuk melakukan PTM (Pembelajaran Tatap Muka). Jadi kemungkinannya tahun ajaran baru nanti, si sulung masih belajar online alias PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh atau yang lebih dikenal dengan PJJ ini telah berlangsung sejak datangnya pandemi COVID-19 pada bulan Maret 2020. Selama satu tahun lebih, anak anak belajar di rumah.
PJJ memang bukan hal yang baru, beberapa perguruan tinggi sudah melakukan PJJ jauh sebelum pandemi ini terjadi. Namun untuk jenjang pendidikan dibawahnya, PJJ masih menjadi hal yang baru.
Apalagi, bagi siswa sekolah dasar (SD), PJJ ini cukup menantang. Tidak hanya bagi siswa, tapi juga bagi orangtua.
Saat PJJ, otomatis orangtua menjadi patner guru dalam proses pembelajaran. Orangtua menjadi fasilitator anak saat PJJ ini.
Hambatan PJJ
Jujur saja, meski sudah berusaha untuk bisa berdaptasi dengan sistem belajar online seperti ini, terkadang sebagai orangtua saya memiliki banyak hambatan saat mendampingi anak-anak belajar di rumah.
Beberapa hambatan yang saya rasakan saat mendampingi anak-anak belajar di rumah antara lain :
Anak kurang bisa memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Biasanya ini karena guru kurang optimal saat menjelaskan secara online.
Banyaknya tugas, selama PJJ setiap hari masing-masing guru pelajaran selalu memberikan tugas. Tentu ini membuat anak ditarget mengerjakan banyak tugas setiap hari. Apalagi jika tugasnya sulit, anak tidak bisa. Kadang sebagai orangtua juga bingung saat mendampingi anak belajar.