Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaafkan Tanpa Melupakan, Bolehkah?

13 Mei 2021   17:03 Diperbarui: 13 Mei 2021   17:07 1709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahu akbar...
Allahu akbar...
Allahu akbar...
Laailaahaillallah...
Huwallahu akbar...
Allahu akbar...
Walillahilham...

Gema takbir berkumandang.. Lebaran telah datang. Setelah berjuang menahan diri selama satu bulan lamanya, umat Islam pun meraih kemenangan. Idul Fitri, hari kemenangan tiba. Menuju kemenangan dan kembali fitri.

Maaf-Maafan di Hari Lebaran

Berbagai agenda lebaran pun dilakukan. Setelah menunaikan shalat ied, tradisi saling bersilaturahmi pun dilakukan. Saling berkunjung ke tetangga maupun kerabat.

Bermaaf-maafan di hari lebaran menjadi hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat muslim di Indonesia. Di luar negeri tidak ada tradisi ini saat lebaran.

Mengapa saat lebaran kita saling bermaaf-maafan? Saat hari raya idul fitri, Allah menghapus semua dosa-dosa kita. Kita kembali pada fitrah. Bersih dari dosa-dosa.

Namun dosa-dosa atau kesalahan yang kita lakukan pada sesama manusia baru akan terhapus saat orang tersebut memaafkan keselahan kita.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik menyangkut harga diri/kehormatan atau harta, maka pada hari ini hendaklah ia meminta dibebaskan (dihalalkan) sebelum datang hari di mana tidak berguna lagi dinar dan dirham. Apabila (orang yang berbuat zalim itu) mempunyai amal kebaikan/kesalihan, maka kesalihannya akan diambil untuk saudaranya sebesar kezalimannya kepadanya. Dan apabila ia tidak mempunyai amal kebaikan, maka dosa amal buruk saudaranya itu akan ditimpakan kepada," (HR Bukhari).

Dalam riwayat lain yang semakna, Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari Kiamat datang membawa amalan shalatnya, puasanya, dan zakatnya. Pada saat yang sama, ia juga membawa dosa mencaci si fulan, membunuh si fulan, memakan harta si fulan. Pahala kebaikan-kebaikannya lalu diambil untuk diberikan kepada si fulan, si fulan, dan si fulan. Apabila kebaikannya habis sebelum dosanya tertebus, akan diambilkan dari kesalahan orang-orang yang terzalimi itu untuk ditimpakan kepadanya lalu ia dimasukkan ke dalam neraka," (HR Muslim).

Jadi, bila dengan istighfar dan taubat mengugurkan dosa-dosa kita kepada Allah, semoga dengan saling bermaafan dan bersilaturahmu menjadikan kita bersih terhadap kesalahan-kesalahan kita kepada sesama manusia.

Sehingga dengan begitu, kita menjadi pribadi yang fitrah, suci, seolah memulai kehidupan kita yang baru, lantaran secara vertikal (habluminallah) kita 'bersih', secara horizontal (habluminannas) pun juga 'bersih'.

Memaafkan Tanpa Melupakan

Manusia tempatnya salah dan dosa. Sudah sewajarnya kita saling memaafkan. Terutama di hari istimewa ini. Sudah selayaknya idul fitri dijadikan momentum untuk saling bermaaf-maafan.

Mungkin beberapa dari kita bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Tapi terkadang kita tak bisa melupakannya.

Hmm bagaimana ya jika memaafkan tapi tidak melupakan? Apakah boleh?

Sebenarnya boleh-boleh saja. Dalam Al Quran pun kita hanya diminta saling memaafkan. Bukan memaafkan dan melupakan.

Menurut pendapat psikolog, tidak melupakan kesalahan orang lain itu perlu. Agar kita bisa waspada. Agar tidak terulang lagi sakit hati yang kita alami karena perbuatan orang tersebut.

Menurut Motivator Nasional Leadership & Happiness, Arvan Pradiansyah, tiga tipe orang berdasarkan caranya memaafkan.

Tipe yang pertama adalah tipe orang yang tidak memaafkan, dan tidak melupakan. Orang ini adalah orang yang tidak bahagia.

Tipe yang kedua adalah yang memaafkan dan juga melupakan. Itu orang yang naf. Memaafkannya betul, tapi orang yang melupakan itu berarti dia akan punya kecenderungan untuk mengalami hal yang sama di kesempatan selanjutnya.

Jadi langkah yang paling tepat adalah dengan memaafkan orang, namun tidak melupakannya, karena seseorang perlu mengambil pelajaran dari peristiwa yang menyakitkan.

Memaafkan berarti mengobati perasaan yang tersakiti, tanpa harus melupakan peristiwa yang terjadi.

Memaafkan adalah menyembuhkan perasaan, menyembuhkan luka. Tapi peristiwanya harus tetap ingat.

Jadi, jika diantara teman-teman terkadang bisa memaafkan tapi tidak melupakan, tidak apa-apa.

#SamberTHR2021
#Samber2021Hari30

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun