Sehingga dengan begitu, kita menjadi pribadi yang fitrah, suci, seolah memulai kehidupan kita yang baru, lantaran secara vertikal (habluminallah) kita 'bersih', secara horizontal (habluminannas) pun juga 'bersih'.
Memaafkan Tanpa Melupakan
Manusia tempatnya salah dan dosa. Sudah sewajarnya kita saling memaafkan. Terutama di hari istimewa ini. Sudah selayaknya idul fitri dijadikan momentum untuk saling bermaaf-maafan.
Mungkin beberapa dari kita bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Tapi terkadang kita tak bisa melupakannya.
Hmm bagaimana ya jika memaafkan tapi tidak melupakan? Apakah boleh?
Sebenarnya boleh-boleh saja. Dalam Al Quran pun kita hanya diminta saling memaafkan. Bukan memaafkan dan melupakan.
Menurut pendapat psikolog, tidak melupakan kesalahan orang lain itu perlu. Agar kita bisa waspada. Agar tidak terulang lagi sakit hati yang kita alami karena perbuatan orang tersebut.
Menurut Motivator Nasional Leadership & Happiness, Arvan Pradiansyah, tiga tipe orang berdasarkan caranya memaafkan.
Tipe yang pertama adalah tipe orang yang tidak memaafkan, dan tidak melupakan. Orang ini adalah orang yang tidak bahagia.
Tipe yang kedua adalah yang memaafkan dan juga melupakan. Itu orang yang naf. Memaafkannya betul, tapi orang yang melupakan itu berarti dia akan punya kecenderungan untuk mengalami hal yang sama di kesempatan selanjutnya.
Jadi langkah yang paling tepat adalah dengan memaafkan orang, namun tidak melupakannya, karena seseorang perlu mengambil pelajaran dari peristiwa yang menyakitkan.
Memaafkan berarti mengobati perasaan yang tersakiti, tanpa harus melupakan peristiwa yang terjadi.