Beruntung lokasi kami jatuh dekat dengan Rumah Sakit Anwar Medika. Kami segera dilarikan ke rumah sakit. Alhamdulillah pelayanan di rumah sakit cepat. Kami tertolong. Si bungsu pun segeta mendapatkan perawatan intensif. Alhamdulillah setelah beberapa hari dirawat, kondisinya membaik. Retak dikepalanya pun tidak serius.
Saat harus berbaring di rumah sakit itulah saya tetap menulis. Rasanya nanggung kalau tak diselesaikan. Dan akhirnya saya pun bisa memenuhi semua tantangan Samber THR Kompasiana. Meskipun tidak ada satu hadiah pun yang saya dapat, hehehe. Tapi saya tetap senang. Saya bisa menulis setiap pengalaman selama Ramadan.
Samber THR Kompasiana 2020
Hari pertama puasa, 24 April 2020 yang ditunggu datang juga. Mas Hadi membagikan informasi tentang Samber THR Kompasiana 2020. Wah ternyata Ramadan tahun ini tetap ada Samber THR Kompasiana!!
Kami yang di grup pun bersuka cita. Â Bersyukur, akhirnya Ramadan tahun ini tetap semarak. Kami bisa menulis Samber THR Kompasiana!
Grup makin ramai. Makin banyak anggota baru yang masuk. Maklum, makin banyak teman-teman blogger lain yang juga tertarik ikut menulis Samber THR Kompasiana yang ingin saling mendukung. Hingga kini, anggota grup ada 16 orang.
Kenapa Iklan Samber THR Kompasiana Selalu Ditunggu?
Kenapa sih saya selalu menunggu-nunggu iklan Samber THR Kompasiana ini? Tentu yang pertama adalah tergiur dengan hadiah yang ada. Siapa sih yang nggak mau dapat rezeki di bulan Ramadan, apalagi saat ini. Saat pandemi Corona Covid 19 ini. Dimana ekonomi makin sulit. Apalagi bagi saya yang penulis lepas ini. Tentu butuh pendapatan tambahan saat job review produk sedang sepi.
Tetapi sebenarnya tidak hanya hadiah saja yang menjadi daya tarik program Samber THR Kompasiana ini. Ada banyak hal lain. Misalnya, menambah skill menulis. Sebagai pemula di Kompasiana, semakin saya menulis maka akan semakin bagus kemampuan menulis saya. Harapannya sih gitu.
Silaturahmi, event ini membuat saya bisa saling bersilaturahmi dengan Kompasianer lainnya. Belajar dari para senior. Saling memberi dukungan.
Selain itu, dengan menulis Samber THR Kompasiana ini saya jadi memiliki kegiatan positif. Membagikan kisah-kisah yang inspiratif, yang siapa tahu bisa jadi amal jariyah saya nantinya.
Dan juga agar tetap waras saat harus di rumah saja. Dua bulan menjalanai karantina rumah karena pendemi ini, membuat hormon stresor saya sering naik turun. Saat menulis saya lebih rileks. Ya menulis bisa jadi healing buat saya.