Mohon tunggu...
Diandra Salsabilla
Diandra Salsabilla Mohon Tunggu... -

independen, soliter, fire

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Motif Saya Menggugat Akun Anindya Gupita K

14 Juni 2013   08:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:03 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis tersebut menulis hanya bermodal pengalaman di tempat dia tinggal, sebatas lingkup  dia berada, dan itupun jika benar adanya, namun telah berani membuat kesimpulan yang menggeneralisir bahwa keseluruhan kader PKS merupakan penganut aliran radikal dan eksklusif. Penggiringan opini yang menjugde ke arah "membunuh" inilah yang bisa menjurus ke fitnah. Padahal sepengetahuan saya, selama saya bersinggungan dengan kader dan simpatisan PKS, mereka sangat terbuka dan menerima keberadaan kami dengan baik. Karena saya juga bukan bagian dari PKS, jadi saya bisa menggambarkan, bahwa mereka tidak seperti apa yang dituduhkan dalam tulisan saudara Anindya.

Tulisan asal nyeplos berikutnya :

Sikap para perempuan kader dan simpatisan PKS terhadap orang-orang non kader. Ini terjadi di kampus-kampus yang memiliki suatu organisasi didikan partai dakwah ini. Para perempuan pro PKS ini biasanya dipanggil dengan sebutan “ukhti”. Cara dakwah para ukhti tersebut cenderung menebar kebencian dari pada cinta. Penulis sendiri mengalami ketika sedang melaksanakan sholat di mushola. Awalnya saya biasa saja ketika mereka bergerombol saling cipika-cipiki antar ukhti sebagai penjalin ukuwah islamiyah. Namun ada yang aneh ketika saya mencoba menyapa mereka. Tersirat pandangan setengah jijik yang membuat saya sendiri tidak mengerti. Diantara gerombolan itu memang hanya saya yang tidak mengenakan jilbab. Saya tidak mau suudzon dan mencoba berpikir positif. Ternyata ada beberapa teman yang sharing kepada saya bahwa mereka juga mendapat perlakuan yang sama. Kami mencoba untuk tidak peduli. Dan hal ini terungkap ketika kami semua berkumpul di dalam forum diskusi. Seolah-olah ucapan mereka mengarah kepada pernyataan bahwa wanita tanpa jilbab adalah wanita yang tidak benar. Diskriminasi ala PKS yang menekankan eksklusifitas semakin terlihat nyata. Mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya inilah kebodohan dalam melakukan pencitraan. Masyarakat Indonesia, terutama mahasiswi banyak yang tidak mengenakan jilbab. Alhasil pengkafiran persepsi ala jilbab pun menghindarkan PKS dari suara para pemilih.

Tanggapan saya :

ini statemen sangat lebay dan mendramatisir. Di kampus kampus mana hal tersebut terjadi?  coba disebutkan. Agar hal tersebut tidak menggeneralisir semua aktifis PKS di kampus berkelakuan seperti itu, dan bisa menjadi referensi bagi gerombolan (mengambil perkataan dari anindya) untuk berbenah diri. Tapi sepengetahuan saya, dikampus malah banyak mahasiswi yang mengenakan jilbab berkebalikan dengan statemen Anindya yang menyatakan mahasiswi banyak yang tidak mengenakan jilbab, kecuali di kampus-kampus yayasan non muslim.

Tapi sayangnya, permintaan saya untuk penulis agar menjelaskan hal tersebut, tidak ditanggapi.

Petikan berikutnya :

Kasus kuota impor daging sapi yang melibatkan LHI yang dibela mati-matian dengan kacamata kuda oleh kader dan simpatisan PKS. Lagi-lagi PKS tidak cerdas dalam menyikapi kasus seperti ini. Ibarat bangkai, pasti lama-lama akan tercium busuknya karena tidak segera dihilangkan. LHI yang dinyatakan bersalah oleh KPK seharusnya dapat disikapi secara dewasa oleh para kader dan simpatisan. Munculnya satgas online yang menyebarkan banyak tulisan copy-paste untuk membela LHI semakin memperkuat adanya indikasi PKS menutupi kebobrokan elite partainya. PKS menjadi babak belur seperti sekarang ini karena berusaha menyudutkan KPK.

Tanggapan saya :

Penggiringan opini seperti ini, hendak menyiratkan bahwa semua yang membela PKS adalah pecinta LHI, menuhankan LHI (salah satu komentar Anindya), padahal setiap pembela PKS memiliki background sendiri-sendiri. Seperti saya, sebenarnya saya bukanlah pecinta PKS, Pemilu 2009 (awal saya mendapat hak suara), saya memilih golput. Tapi melihat ketidak adilan dalam menghukumi kader-kader partai ini di beberapa tulisan yang memojokkan PKS, menggerakkan hati saya untuk meluruskan agar tidak kebablasan dan keluar substansi.

saya melihat, tulisan-tulisan seperti ini seperti menari-nari diatas luka para kader yang terdzalimi oleh oknum "kasus daging impor".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun