Kemegahan film di indonesia memang masih kalah dengan film luar seperti halnya amerika. Dari beberapa aspek mungkin sebagian dari indutri film indonesia masih kurang. Ambilah contoh dari yang paling sering sibicarakan, special effect. Aspek ini memang cukup krusial dalam film terutama untuk menampilkan adegan-adegan yang agak “fantasi”. Aspek conth berikutnya adalah festival film, terakhir setelah jifes, festifal- festifal film agak sulit untuk dicari. Entah karena promonya kurang atau apa, tetapi memang agak susah. Padahal festifal sangat membantu dalam mentukan kualitas film tersebut.
Salah satu dari film indonesia yang sukses setelah ikut festifal adalah the raid. The raid membuktikan festifal sangat membatu industri karena akan memacu pembuat film agar filmnya dapat masuk dalam festifal yang artinya dibuat dengan serius, festifal juga membatu promo film dan yang terakhir, special effect yang “biasa aja” dapat mendukung film menjadi sukses bila yang “biasa aja” dikombinasikan dengan yang “niat”.
Tapi... sekalipun amerika begitu digdaya denga filmnya, kita sebagai penduduk nusantara harus berbangga karena industri film indonesia sudah ada jauh sebelum Amerika. Tepatnya pada awal abad 20 indutri film bioskop modern baru dimulai dan tentunya dengan format hitam putih dan bisu. Tentunya kita sebagai mahluk bumi harus berterima kasih dengan opa thomas alva edison kerena berkat dia yang menukan kamera sekarang kita menemukan tehknologi kamera. Bagi nusantara tercatat pada tahun 770 bioskop terbesar di nusantara dibangun, berlokasi di jawa tengah, bioskop yang masih aktif memutar filmnya selama 7 x 24 jam dengan format 4 dimensi ini laris dikunjungi oleh penonton baik dari dalam dan luar negeri.
Untuk urusan filmnya, bioskop ini dengan briliant mengangkat kisah nyata dari seorang berpengaruh didunia. Tidak tanggung-tanggung, begitu brilliant dan passionednya industri ini sampai sampai untuk satu cerita flm dibutuhkan 1 bioskop dan yang terpenting adalah car menikmati film ini. Jika di abad modern ini kita para penikmat hanya duduk pasif melihat film yang diputar, para pendiri bioskop ini dengan cerdas membuat cara menikmati film yang berbeda. Para penikmatlah yang dibuat berputar untuk menikmat setiap snecenya. Mereka membuat para penikmat dibuat kagum dengan konsepnya, pada awal kita menikmatinya kita dibuat harus menguras tenaga dan emosi dan pada endingnya tenaga dan emosi yang telah dikuras terbayar sempurna dengan view lang indah. Dari segi arsitektur, bioskop ini memiliki gayanya sendiri yang sangat sulit untuk jaman sekarang dapat meniru pembuatannya. Bukan karena apa, tapi bioskop dengan luas dasar 123 × 123 meter, kemuduian dengan tinggi kini 35 meter, dari tinggi asli 42 meter, biskop ini akan terkna masala besar bila dibangun dijakarta yang notabene lokasi yang paling up date dan in dalam jagat film nusantara. terakhir kita mengenal bioskop ini dengan nama Candi Borrobudur.
Tentunya kita sebagai bangsa nuantara sangat bangga mempunyai leluhur yang begitu brilliant. Yang dapat membuat kita harusnya dapat mengangkat kepala tegak dan membusungkan dada bahwa kita adalah keturunan langsung dari leluhur nusantara, tugas kita mudah, tugas kita sebenarnya mudah hanya perlu cinta, dan meniru “blue print” yang sudah ada.
Sebenarnya “bioskop” ini juga memiliki “saingan” hanya saja untuk saingannya akan dibahas pasa kesempatan yang lain, dan dijamin saingan ini tidak akan kalah. Kita mengenalnya Prambanan.Kemegahan film di indonesia memang masih kalah dengan film luar seperti halnya amerika. Dari beberapa aspek mungkin sebagian dariindutri film indonesia masih kurang. Ambilah contoh dari yang paling sering sibicarakan, special effect. Aspek ini memang cukup krusial dalam film terutama untuk menampilkan adegan-adegan yang agak “fantasi”. Aspek conth berikutnya adalah festival film, terakhir setelah jifes, festifal- festifal film agak sulit untuk dicari. Entah karena promonya kurang atau apa, tetapi memang agak susah. Padahal festifal sangat membantu dalam mentukan kualitas film tersebut.
Salah satu dari film indonesia yang sukses setelah ikut festifal adalah the raid. The raid membuktikan festifal sangat membatu industri karena akan memacu pembuat film agar filmnya dapat masuk dalam festifal yang artinya dibuat dengan serius, festifal juga membatu promo film dan yang terakhir, special effect yang “biasa aja” dapat mendukung film menjadi sukses bila yang “biasa aja” dikombinasikan dengan yang “niat”.
Tapi... sekalipun amerika begitu digdaya denga filmnya, kita sebagai penduduk nusantara harus berbangga karena industri film indonesia sudah ada jauh sebelum Amerika. Tepatnya pada awal abad 20 indutri film bioskop modern baru dimulai dan tentunya dengan format hitam putih dan bisu. Tentunya kita sebagai mahluk bumi harus berterima kasih dengan opa thomas alva edison kerena berkat dia yang menukan kamera sekarang kita menemukan tehknologi kamera. Bagi nusantara tercatat pada tahun 770 bioskop terbesar di nusantara dibangun, berlokasi di jawa tengah, bioskop yang masih aktif memutar filmnya selama 7 x 24 jam dengan format 4 dimensi ini laris dikunjungi oleh penonton baik dari dalam dan luar negeri.
Untuk urusan filmnya, bioskop ini dengan briliant mengangkat kisah nyata dari seorang berpengaruh didunia. Tidak tanggung-tanggung, begitu brilliant dan passionednya industri ini sampai sampai untuk satu cerita flm dibutuhkan 1 bioskop dan yang terpenting adalah car menikmati film ini. Jika di abad modern ini kita para penikmat hanya duduk pasif melihat film yang diputar, para pendiri bioskop ini dengan cerdas membuat cara menikmati film yang berbeda. Para penikmatlah yang dibuat berputar untuk menikmat setiap snecenya. Mereka membuat para penikmat dibuat kagum dengan konsepnya, pada awal kita menikmatinya kita dibuat harus menguras tenaga dan emosi dan pada endingnya tenaga dan emosi yang telah dikuras terbayar sempurna dengan view lang indah. Dari segi arsitektur, bioskop ini memiliki gayanya sendiri yang sangat sulit untuk jaman sekarang dapat meniru pembuatannya. Bukan karena apa, tapi bioskop dengan luas dasar 123 × 123 meter, kemuduian dengan tinggi kini 35 meter, dari tinggi asli 42 meter, biskop ini akan terkna masala besar bila dibangun dijakarta yang notabene lokasi yang paling up date dan in dalam jagat film nusantara. terakhir kita mengenal bioskop ini dengan nama Candi Borrobudur.
Tentunya kita sebagai bangsa nuantara sangat bangga mempunyai leluhur yang begitu brilliant. Yang dapat membuat kita harusnya dapat mengangkat kepala tegak dan membusungkan dada bahwa kita adalah keturunan langsung dari leluhur nusantara, tugas kita mudah, tugas kita sebenarnya mudah hanya perlu cinta, dan meniru “blue print” yang sudah ada.
Sebenarnya “bioskop” ini juga memiliki “saingan” hanya saja untuk saingannya akan dibahas pasa kesempatan yang lain, dan dijamin saingan ini tidak akan kalah. Kita mengenalnya Prambanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H