Politik adalah tehnik atau cara untuk mencapai tujuan. Dalam pertarungan Ketua DPRI dan Mentri ESDM ada permainan politik yang sangat kental yang dilakukan oleh promotor. Permainan politik itu dapat dilihat dari membaca kondisi politik antara oposisi dan pemerintah di gedung parlemen. Ada ciri khas parlemen di Indonesia dibandingkan dengan parlemen di negara maju yaitu "SIFAT BALAS DENDAM DAN SALING MENJATUHKAN ".di parlemen kita semua sudah mengetahui adanya dua kubu yang saling jegal menjegal, pijak memijak, balas membalas, jatuh menjatuhkan dan banyak lagi. Tetapi ada juga yang disebut sebagai kubu penyeimbang yang menurut saya bukan penyeimbang tapi kubu si JOKER. Bagi promotor(freeport) ketidakkompaan parlemen adalah modal dasar bagi terlaksananya suatu pertarungan, kerena dengan sedikit saja isu ataupun pancingan(rekaman bos freeport) cukup untuk memulai pertarungan. Dengan penjelasan di atas dapat dipastikan promotor adalah politikus yang handal dan hebat.
Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan promotor (Freeport) adalah pemain yang luar biasa, dan dapat dipastikan untuk menjadi promotor sekelas Freeport dibutuhkan tenaga ahli yang cerdas dan bisa membaca dan mengontol situasi. Jika berbicara tentang Freeport tentu kita tahu bahwa prusahaan ini adalah prusahaan raksasa dari negara adidaya yang memiliki kemampuan intelijen dan data yang mempuni, karena jujur saja tidak ada namanya perusahaan yang berinvestasi dan beroprasi di Indonesia karena mencintai dan ingin membangun kesehjahtraan masyarakat Indonesia, karena itu semua hanya manis di bibir pahit di kenyataan, bahkan meninginkan bangsa indonesia tetap bodoh dan dapat diadu domba dengan tujuan penguasaaan Sumber daya alam.
Saya heran mengapa tidak ada analisa pejabat pemerintahan di negara Indonesia menyadari permainan yang saat ini lagi dimainkan oleh promotor(Freeport), dan parahnya lagi pengamat (kritikus)saat ini banyak sekali berkomentar tentang kasus ini diseluruh media, tapi sayang semuanya gagal bahkan menjadikan pertarungan ini semakin seru antara ketua DPRI dan Mentri ESDM. Menurut saya seluruh pengamat atau kritikus atau orang pintar-pintar bergelar profesor dan doktor baik itu di lembaga pemerintahan dan Universitas di Indonesia saat ini melihat kasus ini secara konvensional, sedangkan promotor bermain Quantum. "PERMAINAN QUANTUM ADALAH PERMAINAN YANG DIMAINKAN ORANG LAIN TAPIÂ TIDAK DAPAT DILIHAT OLEH ORANG LAIN"
lalu bagaimana mengakhiri pertarungan ini ?. Cara terbaik mengakhiri pertarungan ketua DPRI dan Mentri ESDM adalah kesimpulan Quantum. Kesimpulan Quantum adalah menyadari "TAHU DIRI". Selayakanya Ketua DPRI Setya Novanto meminta maaf kepada publik dan masyarakat Indonesia atas perbuatan yang telah dilakukannnya, karena lebih terhormat meminta maaf kepada rakya dari pada disidang MKD yang menjadi tontonan rakyat Indonesia dan menjadi boneka(Freeport). Meminta maaf atas kesalahan kepada rakyat Indonesia adalah pengakuan dan tindakan paling terhormat dari seorang negarawan sejati, bukan bukti suatu kekalahan, karena meskipun setya Novanto lolos dari MKD tapi tetap manjadi boneka promotor.
Kepada mentri ESDM selayaknya sifat saling mengingatkan perlu ditanamkan dalam melaksanakan tugas di kementrian yang dipimpinnya, karena jujur saja namanya mafia di kementrian ESDM bukanlah sesuatu yang baru, dan tujuan melaporkan setya novanto adalah upaya menghapuskan KKN di kementrian ESDM. Tetapi jangan terlalu mudah dan arogan mengadukan ketua DPRI ke MKD atas dasar informasi promotor (Freeport) dan mempublikasikannnya kepada masyarakat sebagai tontonan memalukan, karena saya yakin jika mentri ESDM menjumpai ketua Setya Novanto dan mengingatkan bahwa pertemuan dengan Promotor(Freeport) tidak patut dan tidak pantas, maka saya menjamin Setya Novanto tidak akan melanjutkan petemuan dengan pihak promotor (Freeport) karena diingatkan oleh mentri ESDM tentang konsekuensi jika pertemuan dilanjutkan.
Kesimpulan dari kejadian ini adalah, taktik devide et empera (memecah belah lalu menguasai) masih bisa diterapkan oleh bangsa asing, JADI APAKAH INDONESIA SUDAH MERDEKA...?
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI