Mohon tunggu...
DEDY PANGGABEAN
DEDY PANGGABEAN Mohon Tunggu... -

scripta manent verba volent\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Stringer, Antara Pemenuhan Arus Informasi dan Kode Etik"

26 Januari 2012   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:27 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya saja dosen saya tidak memberikan tugas mengenai stringer, mungkin saya tidak akan tahu apa itu stringer. Setelah saya searching ternyata stringer itu masih berhubungan dengan dunia jurnalistik, dunia yang menarik perhatian saya tiga tahun belakangan ini. Stringer bisa diartikan sebagai koresponden, kameramen, dan yang paling ekstrim dianggap sebagai tuyul. Stringer memang masih menjadi perdebatan abadi di kalangan para ahli jurnalistik. Terdapat pro dan kontra di dalamnya.

Stringer bisa diartikan sebagai wartawan lepas tanpa ikatan resmi yang mencari berita dan berhubungan langsung dengan stasiun televisi atau kantor-kantor berita maupun surat kabar. Berhubungan langsung maksudnya perusahaan / kantor berita yang langsung mempekerjakan stringer tersebut dan menggajinya sesuai dengan berita yang dia dapat. Tapi ada stringer yang hanya bertanggung jawab pada koresponden atau wartawan yang mempekerjakan dia. Jadi si stringer tidak bertanggung jawab langsung kepada perusahaan akan isi berita yang dia buat.

Ada banyak kontroversial yang timbul bila bicara mengenai stringer. Di satu sisi, stringer membantu wartawan dalam meliput berita. Tapi di sisi lain wartawan atau perusahaan melakukan pelanggaran dalam mempekerjakan orang lain tanpa adanya status yang jelas. Hal ini bisa disamakan dengan perbudakan. Sebagian besar perusahaan media di Indonesia mengakui dan mempekerjakan stringer dengan “nama samaran” sebagai kameramen koresponden.

Fungsi vital dari seorang stringer yakni membantu wartawan yang kewalahan dalam peliputaan berita. Alasannya agar si wartawan tidak kehilangan berita. Sungguh sangat membantu memang , tapi sungguh sangat riskan mempekerjakan “jurnalis instan” yang perekrutannya hanya melalui proses mudah, perekrutan karena pertemanan.

Seorang stringer tidak memiliki perjanjian kontrak dengan wartawan/perusahaan tempat dia bekerja, tetapi si stinger terikat. Terikat dalam artian tidak bisa menjual berita yang dia dapat kepada wartawan/media lain. Dia wajib melaporkan hasil liputannya kepada si majikan tempat dia mengabdi. Di dalam hasil liputan tidak pernah sekalipun nama si stringer disebutkan. Hal ini disebabkan keberadaan si stringer yang tidak diakui perusahaan tempat dia bekerja. Sungguh tragis, bekerja tanpa suatu ikatan yang jelas. Mungkin stringer bukan pekerjaan yang diidamkan, tapi faktor kebutuhan yang memaksa seseorang menjadi seorang “tuyul berita” alias stringer.

Aliansi Jurnalistik Indonesia juga jelas-jelas menentang praktik media yang mempekerjakan seorang stringer. Selain menyalahi kode etik, keprofesionalan seorang wartawan juga dipertanyakan disini. Bagaimana bisa seseorang yang mengumbar diri sebagai wartawan memperbudak seorang stringer atas iming-iming uang. Sesuatu yang di luar akal pikiran saya. Seharusnya dia yang mengaku wartawan mencari dan meliput beritanya sendiri. Wartawan ya mencari berita bukan memperbudak. Media pun secara terang-terangan memperbolehkan praktik kotor ini. Yang dipentingkan media hanya berita yang sampai ke meja redaktur. Tidak mau tahu siapa yang mencari berita itu. Mau berita curian atau plagiat sekalipun itu, media tidak mau tahu sama sekali. Sungguh sesuatu yang mengherankan.

Kebijakan suatu media sangat berpengaruh memutus tali praktik jurnalisme setan ini. Entah alasan apa pun itu, sangat tidak diperbolehkan menjaring seseorang menjadi stringer. Hal itu sama saja dengan mencoreng nama baik wartawan yang merupakan suatu pekerjaan bermartabat. Sungguh sangat mungkin bila profesi wartawan akan hilang dari muka bumi ini dalam beberapa tahun ke depan dan digantikan oleh wartawan tanpa identitas, wartawan yang tanpa ikatan kerja, wartawan yang disejajarkan dengan tuyul.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun