Mohon tunggu...
Ishadi nugraha
Ishadi nugraha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita

17 Maret 2019   12:35 Diperbarui: 17 Maret 2019   12:49 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riang seperti hujan

Yang tak memperdulikan tempatnya terjatuh

Yang dia tahu pelangi datang setelahnya

Kopi

Buku 

Jendela 

ilmu

Satu kesatuan yang tak terpisahkan

Bertemu

Cinta 

Rindu

Kasih

Kadang bertabrakan dengan waktu

Memadu kasih itu seperti secangkir kopi

Mampu berbabur di pahit manisnya

Menjaga nikmatnya di panas dinginnya

Jangan bersedih

Jika pagi menjemputmu dengan mendung

Bersama ribuan tetes air yang menikam kelabu

Karena setelahnya ada warna yang memanjakan mata

Kita berpijak di panggung tak bertepi

Dengan skenario  yang amat hebat

Dengan takdir dan nasib saling berseblahan

Kita adalah boneka takdir

Namun kita yang membonekahi nasib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun