Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Begitu Memprihatinkan Angka Putus Sekolah di Belawan

2 Oktober 2019   16:33 Diperbarui: 8 Oktober 2019   23:50 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah anak-anak Belawan. Dokumen Pribadi

FAZAR Syahputra, seorang anak Belawan II, yang baik hati. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi polisi. Namun impiannya itu kandas di tengah jalan. Kemiskinan memaksa remaja 15 tahun ini untuk putus sekolah. 

Tak sampai di situ, lantaran tidak lagi bersekolah, bocah penggemar sepak bola itu harus berpulang kepada pencipta-Nya pada Mei 2019 lalu. Nyawanya terenggut akibat terjatuh dari truk saat berusaha mengambil berang-berang.

Paula Cita Dwiyanti (16 Tahun) juga terpaksa putus sekolah. Ia pun mengubur dalam-dalam impiannya sebagai sekretaris perkantoran. Ia menikah di usia muda dan sekarang sehari-hari ia sibuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. 

Baik Fajar maupun Paula tidak sendiri. Angka putus sekolah di Belawan II, sesuai data baseline Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) pada 2018 menunjukkan:

Angka anak usia 7-12 tahun sebanyak 8 persen, 13-15 sebanyak 20 persen dan usia 16-18 persen sebanyak 25 persen dari total 7.500 jiwa populasi anak di Kelurahan Belawan II. Besar sekali angka putus sekolah di daerah Belawan, Medan, Sumatera Utara.

Wajah anak-anak Belawan. Dokumen Pribadi
Wajah anak-anak Belawan. Dokumen Pribadi
Ketika peringatan Hari Anak Nasional (HAN) dirayakan di Wisma Hanafiah PUSKOPAL Belawan, Kamis, 26 September 2019 lalu, kisah berpulangnya Fajar dan pernikahan dini Paula menjadi dua cambuk bagi kita. 

Bagaimana kita memaknai HAN ketika masa depan anak-anak kita masih memprihatinkan? Pendidikan kita belum berhasil mengentaskan angka putus sekolah.

Sungguh apa yang dikerjakan GNI Medan Belawan sepantasnya kita apresiasi dan dukung. Mereka bergerilya habis-habisan membantu warga Belawan agar anak-anak mereka terus bersekolah dan jangan sampai ada yang putus sekolah. 

GNI Medan Belawan telah mengambil perannya dan berkontribusi bagi pendidikan anak dan perbaikan kesejahteraan warga Belawan.

Tetapi GNI tidak akan mampu jika bekerja sendirian. Benar apa yang disampaikan Kepala Dinas (Kadis) Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA) Sumut, Hj. Nurlela bahwa Camat Medan Belawan harus menindaklanjuti persoalan angka putus sekolah di wilayah kerjanya. 

Camat setempat bisa mengintervensi masalah ini dengan menginisiasi pembentukan Kelurahan Layak Anak (KLA). Supaya melalui KLA ini, anak-anak Belawan lebih terlindungi, ada lingkungan yang berkualitas bagi mereka untuk bertumbuh dan berkembang.

"Jangan takut soal dana Pak Camat. Ada dana dari APBD, dana dari kementerian dan dana CSR yang juga bisa membantu Pak Camat dalam melaksanakan KLA ini nanti. Kami juga siap dari Dinas PPPA Sumut, untuk mendukung Bapak dalam memulainya nanti," kata Nurlela.

Wajah Anak-anak Belawan. Dokumen Pribadi
Wajah Anak-anak Belawan. Dokumen Pribadi
Sebelum merespon usulan Kadis PPA Sumut itu, Camat Medan Belawan Ahmad menceritakan bahwa persoalan yang selama ini mereka hadapi masih seputar tingginya tingkat anak putus sekolah di Medan Belawan. 

Hal ini dikarenakan tingkat pendapatan keluarga mayoritas adalah menengah ke bawah dan bermata pencaharian sebagai nelayan, "Sehingga tidak jarang anak dibawa untuk pergi melaut. Karena si anak mendapatkan duit dari hasil melaut, membuat mereka malas untuk bersekolah," ujar Ahmad.

Ahmad mengatakan pihaknya akan segera menindaklanjutinya. Ia berjanji akan mencari strategi agar anak-anak Belawan ini lebih semangat lagi untuk bersekolah. "Kita berharap mereka minimal tamat SMA, dan kalau bisa tamat kuliah," ungkapnya.

Ia juga menambahkan, pihaknya akan melibatkan semua elemen untuk membuat kegiatan-kegiatan positif bagi anak-anak Belawan, seperti menyediakan sarana-sarana olahraga berupa futsal, voli, bulu tangkis, karate, agar anak-anak yang sempat putus sekolah, bisa kembali diajak bersekolah. 

"Tahun 80-an, anak-anak Belawan sebenarnya disegani di Sumut, karena banyak yang berprestasi. Kita ingin mengembalikan kejayaan itu," imbuhnya.

Persoalan kebersihan dan sanitasi di Belawan sangat krusial. Sampah masih terus jadi persoalan. Dokumen Pribadi
Persoalan kebersihan dan sanitasi di Belawan sangat krusial. Sampah masih terus jadi persoalan. Dokumen Pribadi
Bebas Putus Sekolah
Pada perayaan HAN tempo hari, GNI Medan Belawan melibatkan Pemerintah Kecamatan serta puluhan instansi yang ada di Belawan. Thema yang diusung: "Anak Belawan Bebas Putus Sekolah". 

Perayaan ini melibatkan lebih dari 400 anak dari puluhan sekolah setingkat SD, SMP dan SMA, khususnya yang berasal dari Kelurahan Belawan II.

Kegiatan diisi dengan beragam perlombaan tingkat sekolah, diantaranya lomba menulis harapan kepada pemerintah tentang kondisi pendidikan di Belawan, lomba menggambar kolase, lomba mewarnai serta lomba fesyen show dengan mengenakan busana daur ulang. 

Nurlela mengapresiasi kegiatan ini dan mengaku senang melihat antusias anak-anak Belawan dalam mengikuti setiap perlombaan, khususnya kelas inspirasi yang diisi oleh para tokoh.

"Saya mengapresiasi perayaan yang dikemas dengan sangat baik dan menarik oleh GNI bersama dengan pemerintah. Sebagai lembaga yang fokus pada pemenuhan hak anak di Medan, GNI sudah menjadi mitra kami di Sumut untuk terus menyuarakan aspirasi dan hak-hak anak, salah satunya melalui perayaan HAN ini," puji Nurlela.

Nurlela menambahkan, tujuannya perayaan HAN setiap tahunnya adalah, untuk menumbuhkan kepedulian, kesadaran dan peran aktif setiap individu, keluarga, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang berkualitas pada seluruh anak di Indonesia. 

Karena itu pihaknya terus mendorong pengembangan kebijakan kabupaten/kota layak anak (KLA) hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan, dalam rangka mengupayakan pemenuhan hak-hak anak.

Anak bermain di belakang rumahnya yang penuh dengan lautan sampah di Belawan. Dokumen Pribadi.
Anak bermain di belakang rumahnya yang penuh dengan lautan sampah di Belawan. Dokumen Pribadi.
Project Manager GNI Medan Belawan, Anwar Situmorang, mengatakan perayaan HAN ini adalah bentuk partisipasi GNI untuk mendorong kepedulian semua pihak, terutama pemerintah dan dunia usaha, untuk melakukan kerja-kerja aktif yang berdampak terhadap tumbuh kembang anak, salah satunya adalah dengan memastikan semua anak-anak Belawan mengikuti wajib belajar 12 tahun.

"Anak-anak Belawan juga merupakan calon-calon pemimpin masa depan bangsa ini, dan itu hanya bisa mereka raih dengan bersekolah. Tugas kita sebagai lembaga sosial dan juga pemerintah, adalah memberikan akses tersebut seluas-luasnya, agar anak bisa berkreasi dan mengembangkan potensinya" kata Anwar.

GNI adalah organisasi kemanusiaan non pemerintah yang fokus pada upaya pemenuhan hak-hak anak dan pemberdayaan masyarakat. 

Organisasi ini hadir untuk menciptakan dunia yang aman tanpa kemiskinan dan kelaparan, supaya anak-anak mendapatkan hak asasinya dan tercipta harapan hidup yang lebih baik dan mencapai kemandirian. 

GNI berafiliasi dengan Good Neighbor International yang berdiri di Korea, 1991. Saat ini, GNI bekerja di 15 proyek pengembangan komunitas dan tersebar di sepuluh provinsi di tanah air. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun