Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita

17 September 2019   14:25 Diperbarui: 17 September 2019   14:47 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel tren kebakaran hutan. Dikutif dari situs katadata

"Kita jaga alam, alam jaga kita" bukanlah slogan kosong. Frase ini benar adanya, bahwa ketika alam kita rawat, keseimbangannya terjaga, alam juga akan terus merawat kita. Tanpa kita sadari, alam telah menyumbang miliaran hal baik bagi manusia. Sebaliknya, ketika manusia merusak alam, mengusik keseimbangannya, maka bencana banjir, longsor dan tsunami pun menyambangi kita. Begitu juga dengan hutan dan lahan yang masih terus disulut api, sama saja dengan menjejali paru-paru kita dengan asap dan racun. Kita mengganjar diri kita dengan beragam penyakit dan kematian.

Tabel tren kebakaran hutan. Dikutif dari situs katadata
Tabel tren kebakaran hutan. Dikutif dari situs katadata
Kejadian karhutla di Riau harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk mengarusutamakan upaya mitigasi kebencanaan sejak dini. Ajakan Presiden Jokowi untuk membangun budaya sadar bencana melalui pendidikan juga patut disahuti dengan langkah-langkah konkret oleh seluruh satuan pendidikan dasar dan menengah hingga atas. Mempersiapkan anak-anak muda yang mencintai lingkungan, alam dan memiliki keterampilan menjaga alam menjadi keniscayaan.

Tentu ada banyak cara untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana. Bisa melalui pelatihan, pembuatan gapura siaga bencana, simulasi dan nonton film bareng. Simulasi ketanggapdaruratan misalnya, salah satu upaya sadar dan terencana yang efektif menumbuhkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Simulasi seperti ini bisa kita "kloning" dari sejumlah sekolah dasar di Mentawai. Misalnya di SD Negeri 15 Sikakap, SDK Santo Vincentius dan SD Negeri 11 Pasapuat

Simulasi kebencanaan di tiga sekolah ini sudah menjadi agenda rutin dalam pembelajaran di sekolah. Anak-anak dilatih cara merespon jika terjadi gempa. Selain itu, anak-anak juga dilatih bertindak cepat cara menyelamatkan diri. Melalui penerapan simulasi mitigasi bencana di sekolah, perlahan tapi pasti anak-anak memiliki kesadaran terhadap kebencanaan, kesiap-siagaan dan keterampilan menyelamatkan diri.

Sementara satuan pendidikan terus mengupayakan pembelajaran mitigasi kebencanaan, penegak hukum juga diharapkan bekerja keras menangkap para perusak serta pembakar hutan dan lahan. Efek jera musti dibangun. Selama para pembakar hutan dan lahan tidak diseret ke penjara, mustahil mereka jera merusak alam. Masyarakat pun akan kian apatis terhadap upaya menjaga alam. 

Perubahan itu perlu didukung dengan kepemimpinan yang kuat. Jika pemimpin kita menunjakkan semangat dan teladan menjaga alam, kita yakin apa yang ditunjukkannya itu akan memantul ke masyarakat. Masyarakat kita pasti mengikuti teladan dari pemimpinnya. 

Karhutla di Riau dan daerah lain, sejatinya dimanfaatkan sebagai momentum menindak para pembakar hutan. Agar mastarakat luas percaya bahwa pemerintah kita serius memerangi para perusak alam. Dan dengan begitu masyarakat kita semakin optimis, upaya merawat alam bisa diwujudkan secara bersama-sama. Masyarakat sendiri selalu dan akan terus menjadi watchdog (anjing penjaga) paling galak dalam mengawal dan menjaga kelestarian alam (utamanya hutan dan lahan) kita. 

Saatnya kita jaga alam, karena alam jaga kita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun