Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jatuh Cinta pada Sekolah

13 Agustus 2019   08:18 Diperbarui: 13 Agustus 2019   08:23 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dibandingkan dengan sekolah lain, saya sadar betul. Sekolah ini jelek sekali," ujar Nurhasanah.

TAHUN 2009, Nurhasanah diangkat menjadi kepala sekolah SD 101942 Bengkel, Kecamatan Perbaungan. Saat itu, kondisi sekolah parah sekali. Halaman sekolah selalu becek. Halaman kiri sekolah tampak seperti kubangan kerbau. Perpustakaan pun tak ada. Gedung kelasnya sudah tua. Meja dan kursinya pun demikian. Sudah Reot. Tak ada tanaman penghias. 

"Saya sangat menyadari, sekolah saya itu sangat jelek. Saya sudah bandingkan dengan sekolah lain. Saya pikir, kalau kondisinya begini, sekolah ini jauh dari layak untuk menjadi tempat belajar anak," ucap Nurhasanah.

"Awalnya, saya mulai dengan menimbun halaman sekolah. Itupun lama sekali. Ada uang sikit, saya timbun. Ada uang lagi, saya timbun lagi. Gitu terus sampai tak ada lagi becek," tambahnya.

Gosok gigi sama-sama di halaman sekolah demi memastikan kebersihan gigi anak. Foto oleh Dedy Hutajulu
Gosok gigi sama-sama di halaman sekolah demi memastikan kebersihan gigi anak. Foto oleh Dedy Hutajulu
Ia pun mengira-ngira kebutuhan biaya yang diperlukan untuk membangun sekolah ini. Pelan pelan, Nurhasanah menjalankan tugasnya. Tahun 2010, ia membangun sebuah perpustakaan. 

Lalu ia menambahkan ruang baca berukuran 2x2 meter persegi. Dua tahun kemudian, dibantu Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Serdang Bedagai, ia merehab ruang kelas.

Tiap-tiap kelas menjaga kebersihan pekarangan di depan ruang kelasnya. Anak anak belajar tanggung jawab soal kebersihan. Foto oleh Dedy Hutajulu
Tiap-tiap kelas menjaga kebersihan pekarangan di depan ruang kelasnya. Anak anak belajar tanggung jawab soal kebersihan. Foto oleh Dedy Hutajulu
"Ruang belajar kelas kami cat ulang. Seluruh meja belajar dipasang taplak meja. Kemudian di setiap sudut kelas kami buat pojok baca kecil-kecilan. Buku-bukunya dipasok dari perpustakaan. Buku-buku di pojok baca itu sebagai materi untuk gerakan literasi 15 menit membaca sebelum pembelajaran sekolah dimulai," paparnya.

Guru-guru mengerahkan murid-muridnya menyiram tanaman. Wali kelas menunjuk dua orang siswa sebagai piket untuk memantau pemeliharaan taman-taman kelasnya. Selama libur, siswa siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah ditugaskan menyiram tanaman. Jika tanaman tumbuh subur selama hari libur, mereka akan diberi reward berup uang jajan.

Anak-anak membersihkan pekarangan sekolah dan menyiangi rumput yang tumbuh di antara bunga-bunga. Foto oleh Dedy Hutajulu
Anak-anak membersihkan pekarangan sekolah dan menyiangi rumput yang tumbuh di antara bunga-bunga. Foto oleh Dedy Hutajulu
Sejak 2018, program Green, Clean and Life (GCL) diterapkan di SD 101942 Bengkel. Anak anak senang melibatkan diri. Tahun ini ada peningkatan anak yang mau belajar di sekolah ini. Dari 187 menjadi 197 siswa. Bertambah 5 persen. Padahal di sana ada tiga sekolah yang jaraknya berdekatan. "Program GCL ini berhasil memikat hati murid dan para orangtua. Mereka suka melihat sekolah kami yang bersih dan hijau," pungkasnya. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun