Saya melihat, perah ayah begitu berpengaruh pada ananda. Ia berkembang jauh lebih pesat karena "daya juang" yang ada dalam dirinya butuh dukungan dan role model yang "seharusnya" dikloningnya dari ayahnya.Â
Mengapa ayah? Berdasarkan pengalaman saya, anak kami itu tergolong anak yang aktif, gemar bertanya, suka mencoba hal-hal baru, tidak suka menunggu jawaban tetapi proaktif, berusaha melakukan aksi-aksi yang bisa membahayakan keselamatannya, menyukai aktivitas yang kaya dan melelahkan. Nah, jawaban untuk ini adalah sosok yang juga tangguh, sabar dan rela "menyingkirkan" gawai dari tangannya.Â
Istri saya tidak suka kegiatan "memanjat", meloncat yang melelahkan, berlari, masuk ke lumpur, menangkap ikan gobi, berburu binatang kecil, mengorek tanah dan hal-hal lain yang bisa mengotori badan.Â
Ayah bisa melakukan itu karena aktivitas begituan adalah hal wajar dan biasa bagi anak laki-laki. Saya teringat masa kecil saya yang terbiasa bermain lumpur, memanjat alpukat, memotong kayu, masuk ke semak belular menangkap capung, berburu gobi di saluran irigasi, main becek di kubangan kerbau, berenang dari pagi hingga sore di Danau Toba.Â
Dari pengalaman masa kecil itu, meyakinkan saya bahwa ananda juga butuh teman untuk menyalurkan semangatnya. Ananda butuh sosok sahabat yang selalu mendukungnya bermain dan bergembira. Bisakah ibunya melakukan itu? Tentu saja bisa.
Tetapi, sebagai lelaki masakan saya harus melepaskan "momen emas" ini? Masakan saya rela membiarkan masa kecil ananda berlalu tanpa kenangan berarti tanpa kehadiran saya.Â
Dan menurut sejumlah referensi yang saya baca, kepemimpinan dan kebijaksanaan yang dirasakan anak dari persinggungannya dengan ayahnya akan membekas seumur hidupnya. Itu artinya sosok ayah serupa "hero" bagi ananda.
Nah, bagi kalian yang saat ini menjadi ayah muda, seperti saya, ayo kita manfaatkan momen berharga ini. Jadikan hari-hari kita indah bersama si kecil.Â
Restui mereka berkreasi dengan ide dan daya juangnya. Karena apa yang kita lakukan hari ini bersama si kecil, akan amat berfaedah dalam kehidupan mereka hari ini dan di masa depan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H