Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Boikot Nasi Padang?

25 April 2019   14:28 Diperbarui: 25 April 2019   14:36 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SOAL rasa lidah memang tak bisa bohong! Bule asal Norwegia bernama Audun Kvitland Rstad mengakui kredo itu. Musim panas lalu, saat bervakansi di tanah air, ia terkagum-kagum pada empat hal kekuatan kita. Yakni negara dengan alam yang indah, karang-karang yang berwarna-warni, orang-orang yang ramah dan terakhir kulinernya yang lezat. "Pada hari terakhir saya di Jakarta, saya mencicipi Nasi Padang. Itu adalah makanan terbaik selama dalam perjalanan," kata dia.

Lidah Audun tak bisa bohong kalau nasi padang memang lezat sekali. Terbayang-bayang akan sedapnya nasi padang, bule ini pun tertantang menulis sebuah lagu tentang itu. Lagu itu diaransemen bergenre musik pop, sehingga penggemarnya membludak. Begitu video klip bertajuk "Nasi Padang" itu diluncurkan di kanal youtube-nya, dalam hitungan hari, diganjar dengan ratusan ribu viewers. Bahkan menjadi viral di medsos.

Jika bule saja menghargai "nasi padang" bahkan memuji potensi kuliner kita, masakan kita tidak? Masak pula gara-gara beda pilihan politik, kita harus memboikot nasi padang? Kenapa perpolitikan kita sekarang acap kali lekat dengan benih kebencian dan dendam, sehingga kerap mengabaikan akal waras?

Sebagai salah satu kuliner terbaik Nusantara, nasi padang musti kita terus gaungkan. Kita dukung berkembang dan mendunia selamanya. Dengan nasi padang, sesungguhnya cermin tingginya kebudayaan bangsa kita di mata bangsa-bangsa lain. Sebaliknya boikot memboikot "nasi padang" hanya karena perbedaan pilihan politik pertanda mundurnya cara berpikir kita, pertanda buruknya sikap politik kita.

Apakah jika 01 kalah suara di Sumbar maka Presiden terpilih pantas menghukumnya? Dan kita-kita ramai memboikot semua keunggulan daerah itu? Apakah jika 02 unggul di Karo, maka kita boikot "BPK" dan segala kuliner lainnya produk dari sana? Come on, man! 

Pemilu telah selesai. Buang segala dengki, benci, dan segala hal negatif lainnya. Mari kita kembali bersatu, bergandengan tangan, bahu membahu, memajukan bangsa kita, termasuk mendukung segala potensi kekayaan daerah. Seperti mendukung nasi padang terus mendunia. Agar nama bangsa kita makin harum di mata bangsa-bangsa lain.

Yuk, #makannasipadang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun