Filem ini memberi banyak sekali gambaran kehidupan yang kita jalani hari-hari ini. Bagaimana orang bertetangga tidak saling kenal, teman sekelas dalam satu tugas kelompok juga tidak saling mengenal, dan paling anehnya, bagaimana orang tega memanfaatkan duka yang menimpa orang lain untuk mendulang popularitas, munculnya para pengamat dadakan, tumbuh suburnya kebiasaan viral-memviralkan dan rundung-merundung orang telah menjangkiti masyarakat kebanyakan.
Saya beruntung bisa menonton filem ini di awal tahun 2019. Bersama rekan-rekan dan tetangga, sesama orangtua, kami menonton filem ini di layar lebar, dengan sentuhan sound sistem yang luar biasa, Filem ini menjadi bahan diskusi #sayitwithfilm yang menarik bagi kami para ayah muda. Bagaimana kami dicelikkan soal memahami anak dan dunia digitalnya, soal perhatian, soal komunikasi, bagaimana memprioritaskan keluarga di atas pekerjaan.Â
Tentu secara umur, kita generasi berbeda dengan anak kita hari ini. Namun perbedaan usia tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak mengerti dan memahami dunia anak kita. Kita tidak boleh mengabaikan perkembangan teknologi. Kita, orangtua harus bisa membaca langgam zaman. Dan menguasai beberapa teknologi yang memungkinkan kita bisa dekat dan mengenal betul anak kita sehari-hari.Â
Di atas semua itu, tentu saja pentingnya merawat komunikasi. Komunikasi antara anak dengan orangtua tidak boleh terputus, hubungan antara anak dengan ayah-ibunya jangan sampai hambar dan tergantikan oleh pesona media sosial. Menjaga hubungan yang karib menjadi kunci menyelamatkan keluarga. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H