Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Coaching Clinic

18 Februari 2016   22:28 Diperbarui: 18 Februari 2016   22:38 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rismawati Situmorang, Fasilitator HELM-USAID sedang membimbing dua mahasiswa cara menulis CV dan Surat Lamaran"][/caption]Banyaknya kompetitor di dunia kerja menuntut para pelamar harus mampu 'menjual dirinya' dengan baik. Mereka tak cukup hanya memamerkan indeks prestasi kumulatifnya yang tiga koma. Lebih dari itu, mereka musti terampil mengemas diri, kekhasan dan kompetensinya dalam lembar curriculum vitae (CV) dan surat lamaran kerja. Jika tidak, mereka bisa kalah sebelum bertempur.

***

DUA lelaki akhirnya mengerutkan keningnya tatkala Rismawati Situmorang, Dosen Politieknik Negeri Medan mempreteli CV mereka. Belum lagi membahas lebih dalam, para peserta seminar mulai ciut nyali. Mereka rerata mahasiswa, yang menganggap enteng menulis CV dan surat lamaran, akhirnya tadi siang, merasa mendapat sebuah pencerahan. 

Sesi coaching clinik (klinik bimbingan) yang dipandu fasilitator USAID HELM itu sangat menarik. Buktinya dua mahasiswa asal Medan itu kini paham dan bisa menyusun CV dan menulis surat lamaran kerja yang tekesan profesional. Klinik bimbingan mengharuskan peserta datang dengan membawa cv masing-masing. Lalu proses bimbingan dimulai dengan memeriksa cv yang dibawa peserta. Para peserta akan belajar melihat dan menemukan sendiri kekeliruannya dalam menulis CV atau lamaran kerja, merasakan kesan yang dipaparkan CV dan surat lamaran itu.

Ambil contoh, bacalah CV Anda lalu tanya diri Anda sendiri: Apakah isinya berdaya gugah (alias meyakinkan?) ataukah lemah? Atau apakah organisasi yang dituliskan itu relevan terhadap bidang yang hendak dilamar?Lewat sesi coaching klinik ini, para peserta lebih terbantu memahami kelemahannya, kekeliruannya, kekurangpahamannya arti pentng tiap unsur dalam cv dan surat lamaran, dan pemilihan kata yang tepat untuk menyusun lamaran kerja.

Bahkan via coaching clinic ini pula, para peserta dilatih bagaimana menghadapi bahkan memenangkan sebuah interviu kerja. Juga bagaimana mencari/melacak informasi lowongan pekerjaan. Tak lupa dalam sesi ini, Buchari, Vice President HR Community semacam kumpulan para HRD perusahaan di Indonesia, turut ambil andil berbagi ilmu, pengalaman serta tips merais sukses gemilang dalam dunia kerja. Tentu saja ia menekankan penguasaan satu jurus pamungkas: IMAN alias Ide, Motivasi, Aksi dan Network (Jejaring pertemanan). Disamping IMAN, kata dia, hal lain yang tak kalah penting adalah attitute (Sikap) serta keterampilan.

[caption caption="Kriteria menulis CV"]

[/caption]

Kedua narasumber ini tak hanya bicara seputar mempersiapkan/membekali diri menhadapi dunia kerja. Mereka juga mencoba membuka pintu cakrawala para peserta tentang kompleksnya persoalan di dunia kerja serta kencangnya kompetisi merebut lapangan kerja. USAID Higher Education Leadership and Management (HELM) mendukung penguatan pusat pengembangan karir yang dimiliki perguruan tinggi sehingga mampu membimbing mahasiswanya untuk lebih siap menghadapi dunia kerja seusai menyelesaikan studinya.

Buchari menyebut, banyak sekali lulusan sarjana tidak memiliki kemampuan ideal yang dibutuhkan indtansi atau perusahaan. Biangnya, kurangnya pengetahuan para sarjana ini mengenai kebutuhan industri, minimnya pelatihan yang diperolehnya ketika mahasiswa, jarang ikut magang, serta malas mengembangkan dirinya secara otodidak amupun ikut organisasi.

Namun yang paling buruk, sambungnya, nihilnya layanan pelayanan pengembangan karir dan keterampilan di perguruna tinggi tempat mereka menggali ilmu pengetahuan. Padahal, kampus-kampus sejatinya bisa mengandalkan pusat-pusat pengembangan karirnya untuk membekali para mahasiswanya sebelum dilepas ke dunia kerja.

Prof. Dr Nuni Gofar, MS Kepala UPT Pusat Pengembangan Karakter dan Karir Universitas Riau menegaskan pentingnya pembekalan bagi mahasiswa sebelum dilepas ke dunia kerja. Pembekalan berupa pengetetahuan dan keterampilan khususnya di bidang gelutan masing-masing akan sangat menolong para calon lulusan perguruan tinggi dalam merancang dan mempersiapkan dirinya memasuki dunia kerja.

"CV adalah gerbang pertama dan utama dalam membentuk persepsi atasan dan perusahaan terhadap Anda. Boleh dibilang, CV adalah gambaran rinci dari prestasi hidup Anda, terutama yang paling relevan dengan bidang akademis. Karena itu, pastikan CV Anda tersusun secara rapi, jujur, tidak berlebihan dan terkesan profesional," pesan Nuni.

[caption caption="ISI CV secara garis besar"]

[/caption]

Sependapat dengan Nuni, Regional Coordinator USAID HELM Parapat Gultom, Ph.D menyebut kegiatan-kegiatan yang bertujuan membangun kesiapan para calon lulusan perguruan tinggi untuk memasuki dunia kerja amat penting dilakoni perguruan tinggi manapun. Upaya membekali para mahasiswa kita dalam pembuatan CV, surat lamaran kerja, memenangkan interviu dan cara mencari informasi pekerjaan juga tak bisa dipandang sepele. Sebab, dengan menguasai cara menulis CV dan lamaran kerja secara profesional, para calon lulusan PTN kita akan punya peluang lebih besar memenangkan kompetisi dunia kerja.

Dan lewat pendekatan bimbingan klinis serta dirangkai dengan pelatihan, perserta akan memiliki keterampilan dan kompetensi lebih. Itulah efektifnya metode coaching klinis dan pendampingan. Barang kali, perguruan tinggi di tanah air tak perlu malu mengadopsinya, demi memajukan mutu lulusannya.

[caption caption="Bagaimana menulis lamaran yang baik?"]

[/caption]

[caption caption="Rismawati sedang memberikan bimbingan klinis bagi dua mahasiswa asal Medan"]

[/caption]

[caption caption="Buchori, narasumber dari HR Community"]

[/caption]

Catatan:

USAID HELM (Higher Education Leadership and Management) adalah proyek lima tahun yang dibiayai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat untuk mendukung pemerintah Indonesia mereformasi pendidikan tinggi. USAID HELM bertujuan untuk memperkuat kinerja sistem pendidikan tinggi di Indonesia dan bekerja sama erat dengan Ditjen Dikti untuk fokus pada empat bidang pengelolaan kunci, yaitu kepemimpinan umum dan administrasi, pengelolaan keuangan, penjaminan mutu dan kolaborasi pemangku kepentingan luar.

Lembaga ini ikut menerapkan Prakarsa Khusus mengenai metode yang dapat mentransformasikan mutu pendidikan di badan pendidikan tinggi. Bantuan USAID Helm akan meningkatkan mutu pengajaran, penelitian, pelayanan kepada masyarakat (tri dharma) yang pada saat bersamaan juga mendukung USAID dalam mempersiapkan mahasiswa menuju kesuksesannya dalam belajar dan bekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun