“Itu tuyul, tuyull!” kata si penjaga toko oleh- oleh itu penuh napsu.
“He?” ucap saya bingung, karena saya nggak ngerasa mirip tuyul. Emang sih kepala saya rada cepak, tapi saya nggak inget pernah geal geol cuma pake kolor sambil nyolongin dompet orang.
“Itu pak, toko oleh- oleh seberang tuhh”, katanya sambil nunjuk toko diseberangnya – yang saya duga adalah pesaingnya – “dia pake tuyul! Makanya bisa sukses gitu”.
Dan dia belum puas sampe di situ.
“Nah rumah makan sebelahnya lagi tuh, yang nggak pernah sepi tuhh. Itu pake jinnn.”
“Maksudnya kasirnya make celana jin yang denim gitu?” tanya saya.
“Ehhh, bukan si bapak mah. Jinn mahluk halus gitu pak. Temennya saudara dari sepupunya pacar adik saya kan orang ‘pinter’ tuh. Dia bilang, tuh jin dilepas di dalem, jilat- jilatin makanannya gitu. Makanya orang- orang jadi ketagihan”
“Ohhh. Coba kalau jin bikin usaha bumbu penyedap ya. Pasti laku tuh, pikir saya. “Real Jin o moto MSG“!
Dan ini bukan pertama, kedua, bahkan kesepuluh kalinya saya ketemu kasus dan pendapat orang seperti ini.
“Dia laku banget. Pasti pake TUYUL!”
“Warungnya nggak pernah sepi. Pasti pake JIN!”
“Usahanya lancar, pasti pakai DUKUN!”
“Orangnya hepi banget, pasti punya PACAR!” … eh, kalau yang terakhir ini sih biasanya ucapan para jomblo.
Kayaknya fakta bahwa mereka udah tahunan membangun sukses bisnis nya, melewati kesulitan dalam usahanya, nggak tidur untuk mengembangkan produk, jatuh bangun, berhutang, dan berinvestasi besar dalam membuat strategi marketing mereka, nggak penting dan nggak dianggap.
Kalau laku, mereka “pasti” sukses bisnis pake JIN dan TUYUL. Edaannn.
Dengan logika kayak gini, kalau Anda mau sukses bisnis dan berkarya seperti mereka, berarti Andapun harus pake tuyul. T.U.Y.U.L!
Sukses Bisnis dan Berkarya dengan T.U.Y.U.L