Mohon tunggu...
Dedy Brian Ericson
Dedy Brian Ericson Mohon Tunggu... Auditor - Aviation Security Inspector at DGCA Indonesia

Aviation Security Inspector at Indonesia Ministry of Transportation (DGCA Indonesia) | Expert in Quality Control, Safety Management System; Security Audit, and Planning Management - Aviation Security Inspector at DGCA Indonesia (2018-Now) - Aircraft Maintenance Planner at PT GMF Aeroasia, Tbk (2016-2018) - Bachelor of Electrical Engineering at Diponegoro University - Master's Program in Aerospace Engineering at Intitut Teknologi Bandung - Advanced Master Safety Management in Aviation at École Nationale de l'Aviation Civile (ENAC)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Identifikasi Risiko Keamanan Penerbangan dengan Bow Tie Analysis

5 November 2024   14:43 Diperbarui: 5 November 2024   15:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identifikasi Risiko Keamanan Penerbangan dengan Bow Tie Analysis

Pada tulisan ini akan membahas identifikasi risiko dengan menggunakan BTA (Bow Tie Analysis). BTA merupakan salah satu metode dalam manajemen risiko yang banyak digunakan selain HIRADC/HIRARC, FMEA, HAZOPS, terutama dalam industri yang memiliki risiko tinggi seperti penerbangan. 

Metode BTA ini merupakan gabungan antara metode Fault Tree Analysis (FTA) dan metode Event Tree Analysis (ETA). Penggabungan kedua metode ini menghasilkan gambaran visual hubungan sebab dan risiko (metode FTA) dan hubungan antara risiko dan akibat (ETA).

Pada konteks keamanan penerbangan, BTA menyediakan sebuah kerangka kerja yang sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang berpotensi mengancam keamanan penerbangan. Metode ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai ancaman, konsekuensi, serta langkah-langkah pencegahan dan mitigasi yang dapat diambil. Bagian yang teradapat di dalam BTA:

a. Hazard

Teknik BTA dimulai dengan mengidentifikasi suatu bahaya, yaitu elemen atau situasi dalam, sekitar, atau bagian dari organisasi yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan atau kerugian.

b. Unwanted Event

Setelah bahaya diidentifikasi, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi unwanted event atau peristiwa puncak yang mungkin terjadi. Peristiwa puncak adalah kondisi di mana pengendalian atau penanganan bahaya tersebut gagal atau tidak ada. Dengan kata lain, peristiwa puncak adalah situasi yang terjadi sebelum dampak nyata muncul.

c. Threat

Threat yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peristiwa puncak. Sebuah peristiwa puncak bisa memiliki lebih dari satu penyebab.

d. Consequences

Konsekuensi merupakan efek negatif yang timbul akibat terjadinya peristiwa puncak. Satu peristiwa puncak bisa menghasilkan lebih dari satu konsekuensi. Sama seperti saat menentukan penyebab, penting untuk menyoroti konsekuensi yang spesifik.

e. Barrier

Dalam teknik ini, barrier diterapkan di kedua sisi peristiwa puncak: sisi kiri (preventive barrier) dan sisi kanan (corrective barrier).

1) Preventive Barrier

Merupakan barrier/defense/measure yang berada disebelah kiri (sebelum terjadi unwanted event) berfungsi untuk mengurangi tingkat probability (kemungkinan) kejadian tersebut agar tidak terjadi.

2) Corrective Barrier

Merupakan barrier/defense/measure yang berada disebelah kanan (setelah terjadi unwanted event) berfungsi agar konsekuensi yang ada tidak meningkat menjadi konsekuensi aktual (menimilalisir konsekuensi/mengurangi tingkat severity).

F. Escalation Factor

Escalation factor merupakan faktor yang membuat sebuah barrier tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Escalation factor perlu dicegah dengan memberikan barrier untuk mencegah faktor eskalasi terjadi.

Berikut merupakan salah satu penerapan BTA dalam mengidentifikasi risiko keamanan penerbangan dengan menggunakan aplikasi BowTieXP.

BowTieXp
BowTieXp

Setelah identifikasi risiko menggunakan BTA. Tahapan selanjutnya adalah penilaian risiko. Sebagai contoh BTA diatas, Quality Control menetapkan pada kasus teroris meledakkan bom tingkat resiko yaitu 5C (tinggi). Dengan menggunakan preventive barrier, maka tingkat risiko dapat dikurangi probability nya, sehingga didapatkan risiko menjadi 5D (menengah). Selanjutnya, dengan corrective barrier, menurunkan tingkat severity sehingga risiko menjadi 4D (rendah).

Risk Matrix Keamanan Penerbangan
Risk Matrix Keamanan Penerbangan

Sebagai penutup, BTA menawarkan pendekatan yang komprehensif dan visual untuk memahami, mengelola, dan mengkomunikasikan risiko, khususnya risiko keamanan penerbangan. Metode ini bisa menjadi salah satu pilihan bagi organisasi untuk mengelola risikonya, sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil langkah proaktif dalam menjaga keamanan penerbangan dan keberlanjutan operasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun