Senin kemarin Dahlan Iskan menerbitkan tulisan Manufacturing Hope 126. Judulnya menggugah semangat: Patriotisme BRIsat Orbit di luar angkasa.
Dahlan Iskan di tulisan itu mengisahkan Bank BUMN, Bank Republik Indonesia (BRI) yang telah membeli satelit dari perusahaan Amerika Serikat Space System/Loral, LLC.
Pada bagian awal tulisan itu, Dahlan membukanya dengan pantun menarik. “Dari Tual terbang ke Bali. Dulu jual sekarang beli”.
Pantun ini menarik karena seperti menyindir. Namun sindirannya halus sekali. Bahwa dulu pernah ada di Indonesia. Pemerintahan yang gemar menjual aset negara. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan pemerintahan yang dipimpin oleh Megawati. Indosat beserta satelitnya. Dan kapal tangker Pertamina adalah beberapa korban dari aksi jual-menjual aset negara waktu itu.
Lewat pantun itu Dahlan juga mengisyaratkan. Bahwa sekarang berbeda dengan era pemerintahan sebelumnya. Kalau dulu suka menjual. Sekarang malah sebaliknya. Suka membeli. Pembelian satelit BRI ini adalah salah satunya, selain kapal tangker Pertamina, juga perusahaan-perusahaan luar negeri yang berhasil diakuisisi oleh perusahaan BUMN kita.
Mungkin Dahlan juga mengingatkan. Pembelian ini bukan hanya urusan transaksional semata. Ini lebih dari itu. Ini sudah menyangkut mengembalikan harga diri bangsa. Menunjukkan kepada dunia. Bahwa Indonesia bisa. Indonesia (sudah) hebat!
“Ini bukan pidato tentang patriotisme. Ini langkah nyata!” tegas Dahlan ditulisannya.
Kapling orbit satelit yang dibeli BRI ini dulunya milik Indonesia. Tepatnya milik Indosat. Tetapi saat Indosat dijual tahun 2002, satelit itu pun ikut terjual. Berikut kapling orbitnya.
Untuk merebut kembali kapling orbit itu tentu tidak gampang. Sulit, bahkan sangat sulit. Karena kapling yang direbut kembali itu terbaik di dunia. Kalau terlambat sedikit saja, kapling itu akan digunakan satelit dari negara lain. Makanya, pembelian satelit ini, tentu juga merebut kapling orbitnya itu, menurut Dahlan mengandung unsur patriotisme dan kebanggaan nasional yang tinggi.
Hal yang juga membanggakan adalah, dengan pembelian satelit itu, BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Menurut Dahlan, anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk. Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai Bank BRI. Karena satelit yang dinamai BRIsat ini akan dikelola BRI sendiri.
Di akhir tulisan, secara tersirat Dahlan menyampaikan agar apa yang sudah dibeli ini kedepan tidak lagi dijual.Itu sebabnya ia setuju dengan Dirut BRI, Sofyan Basyir untuk tidak memberikan pengelolaan satelit ini kepada anak perusahaan. "Kalau dimiliki anak perusahaan bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual," kata Sofyan Basyir.
Mungkin itu sebagai antisipasi kali ya. Khawatir, kalau pemerintahan kelak jatuh kepada mereka yang suka jual aset negara. Hehe, semoga saja tidak ...
Sumber:
Manufacturing Hope 126 by Dahlan Iskan