Mohon tunggu...
Dody S WIbowo
Dody S WIbowo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Ada Apa dengan Gunretno

12 Desember 2016   14:15 Diperbarui: 15 Desember 2016   04:17 5957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Gunretno adalah tokoh Sedulur Sikep (Wong Samin). Rumahnya di Dusun Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati. Tapi ia populer setelah memimpin gerakan penolakan pabrik semen Rembang.

Gerakannya begitu hebat. Ia mendirikan tenda ratusan hari yang konon ditinggali ibu-ibu yang digelari sebagai Kartini Rembang. Hingga isu yang dikelolanya menjadi pembicaraan nasional.

Tapi satu pertanyaan mencuat dan belum terjawab. Mengapa, ia dengan gagah berani, heroik, dan luar biasa menggerakkan penolakan Semen Rembang, tetapi di saat yang sama melupakan pabrik semen di Pati?

Mengapa Gunretno bisa kesetanan melawan Semen Rembang tapi mendiamkan PT Indocement yang akan mengeksplorasi Pegunungan Kendeng di Kayen dan Tambakromo, Pati?

Jelas mengherankan. Kenapa bagi Gunretno lebih penting menolak PT SI yang merupakan pabrik semen milik Negara (BUMN), dibanding menolak pabrik Indocement yang jelas-jelas bagian dari HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman.

Ada Apa Dengan Gunretno?

Terbaru, Gunretno bersama Jaringan masyarakat (JMPPK) menggelar aksi jalan kaki dari Rembang ke Semarang. Mereka berangkat dari Rembang pada Senin 5 Desember dan tiba di Semarang pada Jumat 9 Desember 2016.

Anehnya, di antara hari-hari longmarch itu terjadi peristiwa yang seharusnya menjadi perhatian Gunretno. Ialah terbitnya akta pendirian perusahaan yang akan mendirikan pabrik semen di Pati.

Surat itu adalah: Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia RI Nomor AHU-0054914.AH.01.01.Tahun 2016 Tentang pengesahan pendirian badan Hukum Perseroan terbatas PT Asia Cement Pati yang disingkat PT Cement Pati.

Keputusan ini ditetapkan di Jakarta tanggal 8 Desember 2016. Ditandatangani Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum,Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DR. Freddy Harris SH, LL.M, ACCS.

Haloo.. ini ada penerbitan akta anak perusahaan baru dari Indocement di Pati. Kenapa Gunretno tidak sepatah katapun menyuarakan penolakan? Tidak ada pernyataan media ataupun demo menentang.

Apakah Gunretno tidak tahu? Ini menggelikan. Menilik jaringannya yang luas dan pengalamannya mengawal perjuangan menolak pabrik semen, sangat kecil kemungkinan tokoh sekelas Gunretno tidak tahu ada perkembangan signifikan terhadap pendirian pabrik semen di Pati.

Atau Gunretno membiarkan? Kalau benar, ini jelas sangat mengkhawatirkan. Gunretno membiarkan pendirian pabrik semen swasta di Pati, tapi memerangi pabrik semen milik Negara di Rembang. Kenyataan ini sekaligus menjelaskan mengapa Gunretno memilih menggelar aksi longmarch antara 5-9 Desember. Sebab diantara tanggal itu ada pengesahan akta perusahaan PT Cement Pati. Pengkaburan isu? Luar biasa.

Ada Apa Dengan Gunretno?

Penolakan pabrik semen dengan isu lingkungan memang wajar, dan harus dilakukan. Tapi dukungan terhadap gerakan atau tokoh tidak lantas melupakan fakta-fakta aneh di sekitarnya. Sudah sejak lama Gunretno juga menjadi perbincangan di kalangan Wong Samin.

Oleh sebab Gunretno seorang lah, orang Samin yang bergerak, demo, dan menolak pabrik semen. Tidak ada komunitas Samin di daerah lain, bahkan di Pati sekalipun yang terlibat. Gunretno digugat karena mengatasnamakan Sedulur Sikep dalam gerakannya. Padahal di antara Komunitas Samin hanya dia dan keluarganya yang bergerak di isu pabrik semen. Mengapa? Karena ajaran Samin Surosentiko tidak membenarkan demo.

Sesepuh Samin di Kudus, Budi Santoso, mengatakan, pelibatan nama Samin dalam aksi penolakan pabrik semen sangat merugikan warga Samin. Ia mengomentari film “Samin VS Semen” yang dibuat Dhandy Laksono. Menurutnya, terlepas dari pro dan kontra pembangunan tersebut, potret penganut Samin yang ditayangkan dalam film tersebut sangat kontras dengan keadaan warga Samin yang sebenarnya. “Dalam film digambarkan perempuan Samin memakai kerudung, padahal tidak. Samin itu punya pakaian sendiri,” katanya, seperti dikutip elsaonline.com, Jumat (14/8/2015).

Berkaitan dengan sikap Sedulur Sikep sendiri terhadap pembangunan pabrik semen, Budi tidak ingin terlibat dalam pendapat yang menyetujui atau menolak. Budi hanya meminta supaya gerakan penolakan pabrik semen itu jangan melibatkan nama Samin.

Samin itu agama, jadi jangan dibawa-bawa dalam aksi itu. Orang Samin tidak suka demo, tapi kenapa yang demo-demo itu mengatasnamakan Samin? Itu sebenarnya bukan warga Samin. Kita (warga Samin) tidak pernah musyawarah untuk menolak atau menyetujui pembangunan pabrik semen,” jelasnya.

Berikutnya, film Samin vs Semen juga terkesan dipaksakan. Karena tidak ada warga Samin di Rembang. Samin tersebar di Kudus, Blora, Pati, dan Bojonegoro. Kalau ada wong Samin yang kini bergerak di Rembang dan menolak pabrik semen itu hanya Gunretno.

Sekali lagi, kenapa Gunretno rajin ke Rembang, menolak pabrik semen, tapi ia membiarkan rumahnya sendiri di Pati akan diobok-obok oleh Indocement.

Ada Apa Dengan Gunretno?

Pertanyaan lanjutan jelas mengarah ke orang di belakang Gunretno. Siapa yang membiayai gerakannya?Apakah Gunretno adalah pengusaha kaya raya yang mampu membiayai aksi-aksi ke Jakarta? Apakah Gunretno punya ide sedemikian brilian untuk membuat aksi menyemen kaki ibu-ibu di depan Istana Negara? Ada orang lain yang mendesain gerakan ini?

Pertanyaan juga untuk Dhandy Laksono? Siapa penyandang dana film Samin vs Semen? Membuat film itu jelas butuh biaya banyak. Ia membuat dilm kemudian memutarnya secara keliling di pelosok negeri. Hanya satu tempat yang tidak pernah ia singgahi untuk pemutaran keliling. Ya, di kawasan ring satu pabrik semen Rembang sendiri. Ia hanya memutar film itu di tenda perjuangan Kartini Rembang. Mengapa Dhandy tidak berani memutar film itu di hadapan ribuan warga yang terdampak langsung dengan pabrik semen itu sendiri? Apakah takut kebohongannya terbongkar?

Dan Dhandy juga tidak memasukkan satu scene pun dalam filmya yang menceritakan soal pabrik semen Indocement di Pati.

Atau… Gunretno dan Dhandy Laksono dibiayai Indocement?

Pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa dihapus jika Gunretno mendemo Indocement sehebat ketika mendemo Semen Rembang.

Jika isu Indocement Pati juga menasional. Jika ibu-ibu Bumi Mina Tani juga menyemen kaki di Istana Negara. Jika sudah ada film Samin vs Indocement. Maka mereka berarti benar-benar aktifis penolak semen. Bukan AKTIFIS INDOCEMENT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun