Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berbagi Kebaikan di Larut Malam

10 Agustus 2024   00:18 Diperbarui: 10 Agustus 2024   00:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Penulis 

Suatu waktu di sore hari, saya pergi membeli makanan untuk makan malam kami di kost. Saya membeli 5 porsi sesuai dengan jumlah kami. Namun, saat jam makan malam mendekat, tiga orang teman saya menelpon dan mengatakan bahwa mereka tidak sempat pulang ke kost. Mereka sedang ada kerjaan yang harus diselesaikan malam itu juga. Akhirnya saya dengan seorang teman sayalah yang menikmati makan malam tersebut.

Sekalipun tadinya kami sangat lapar, namun kami hanya sanggup menghabiskan dua porsi. Karena itu, masih ada 3 porsi lagi yang lebih.

Sesaat sesudah menikmati makan malam, kami berdiskusi tentang makanan yang lebih. Saya mengusulkan untuk dimasukkan ke kulkas sehingga besok pagi masih bisa dipanasi. Sementara teman saya tersebut justru mengusulkan agar makanan yang lebih itu dibagi kepada orang lain di luar sana.

Kami sepakat dengan usulannya. Berhubung karena saat itu sedang hujan lebat, kami menunggu sampai hujannya reda. Barulah pada pukul 21.30 hujan mulai reda, sekalipun masih gerimis. Akhirnya kami berangkat. Sekalipun masih gerimis, kami mengendarai sepeda motor. Alasannya ialah karena hanya itu kendaraan yang ada pada kami.

Orang yang kami incar malam itu ialah pemulung atau tukang becak sepeda dayung. Biasanya mereka ada di persimpangan jalan atau di tempat pembuangan sampah sementara. Oleh karena itu, kami coba menyisir semua simpang dan tempat pembuangan sampah yang ada di sekitar tempat kami tinggal.

Karena sudah lebih selama 1 jam mencari namun tidak menemukannya juga, kami sepakat untuk membawa makanan itu pulang. Artinya kami akan mengolahnya kembali untuk sarapan kami besok. Mungkin karena hujan, mereka tidak ada yang keluar rumah. Akhirnya kami pun pulang dengan perasaan kecewa.

Tiba-tiba ketika hampir tiba di persimpangan rumah tempat kami tinggal, ada seorang bapak sedang mengais-ngais sampah di tempat pembuangan sampah sementara. Berulang kali ia memasukkan sampah botol plastik ke dalam karung yang ia bawa dan ia letakkan di atas becak dayungnya. Bajunya terlihat basah, namun hanya di bagian atas saja.

Melihat beliau kami, langsung bahagia. Segera teman saya itu melompat dari sepeda motor sebelum saya berhasil mengerem dengan baik.

Dengan sedikit berlari, dihampirinya bapak tersebut sambil menawarkan makanan yang dia bawa. Sesaat, bapak itu terlihat bingung dan menatap ke arah ku. Lalu segera ku hampiri baoak tersebut dan memohon agar beliau mau menerimanya. Akhirnya, beliau menerimanya dan sambil tersenyum bahagia, beliau mengucapkan terima kasih.

Kami tidak segera pulang setelah itu. Sejenak kami memandangi si bapak, yang setelah memasukkan makanan yang kami beri itu ke kotak kayu yang ada di becaknya, segera mengais kembali sampah-sampah yang ada. Satu sisi, ada rasa bahagia karena sudah berhasil berbagi malam itu, setelah lebih sejam mencarinya. Namun di sisi lain, kami tidak tega melihat beliau yang sudah tidak muda lagi namun harus bekerja sedemikian keras dan kejamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun