Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Perumpamaan Gandum dan Ilalang: Refleksi atas Matius 13:24-30

22 Juli 2022   22:35 Diperbarui: 22 Juli 2022   22:43 18195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari Jawaban.com

Dalam Matius 13:24-30 dikisahkan bahwa Tuhan Yesus menggambarkan Kerajaan Allah dengan perumpamaan seorang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Ceritanya demikian:

Pada suatu hari Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak. "Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu lalu pergi. Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya: 'Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manakah ilalang itu?' jawab tuan itu, 'Seorang musuh yang melakukannya!' 

Lalu berkatalah para hamba itu, 'Maukah tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?' Tetapi ia menjawab, 'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kalian mencabut ilalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, 'Kumpulkanlah dahulu ilalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar, kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku'".

Ada satu hal yang menarik dari kisah tersebut, yaitu si tuan ladang, yang menabur benih, melarang para pekerjanya untuk mencabuti ilalang yang tumbuh di ladangnya. Alasannya ialah karena bisa jadi gandumnya ikut tercabut bersama dengan ilalang tersebut. Ia membiarkan ilalang tersebut tumbuh bersama dengan gandumnya sampai saat untuk menuai tiba. Setelah itulah ia akan meminta para pekerjanya untuk mencabut dan mengumpulkan ilalang tersebut lalu membakarnya.

Bagi saya pribadi, perbuatan si tuan ladang itu tidak biasa. Jika ilalang tidak dicabut, maka nutrisi tanah itu pun akan terbagi dan hal itu akan membuat gandumnya kekurangan nutrisi. Selain itu, umumnya ilalang adalah jenis tanaman yang mudah menyerap nutrisi tanah dan mudah menyerang tanaman yang kita pelihara.

Namun, apa yang dilakukan si tuan ladang itu justru membuat saya berpikir lebih jauh lagi. Nampaknya, itu bukan saja tentang pertanian tetapi juga gambaran kehidupan nyata di dunia ini.

Membiarkan ilalang bertumbuh bersamaan dengan gandum hendak menggambarkan bahwa dalam kehidupan ini, yang jahat dan yang baik itu bisa hidup bersamaan. Namun pada suatu ketika, akan tampaklah bagi kita mana yang benar-benar baik dan mana yang benar-benar jahat.

Bagi saya pribadi, dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus meminta kita agar tidak terlalu mempusingkan diri dengan hal-hal yang jahat karena justru akan menghalangi dan mengurangi konsentrasi kita untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan meminta, bahwa kita, sebagai orang yang telah menerima benih yang baik dari pada-Nya, diminta fokus untuk mengembangkan benih yang baik itu hingga kelak bisa menghasilkan buah yang melimpah.

Hal ini juga berlaku saat kita hendak menggapai suatu cita-cita. Jika kita banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan tantangan dan rintangan yang akan kita hadapi, maka dengan sendirinya kita telah mengurangi waktu untuk meningkatkan kemampuan terbaik dalam diri kita.

Melalui perumpamaan ini, Tuhan mengajarkan suatu sikap dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sikap itu ialah bersabar dan tekun berjuang. Kita ibarat gandum yang ditaburkan Tuhan di ladang-Nya. Kita diminta berfokus pada pertumbuhan kebaikan di dunia ini agar bisa menghasilkan buah melimpah saat musim menuai tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun