Ini tentang orang yang tulus hati. Mungkin ada banyak yang bisa kita jumpai. Namun jika belum ketemu, semoga kita berani menjadi salah satunya.Â
Saat ada alasan untuk marah, dia justru memilih sabar. Dan bahkan, bersikap seolah-olah dirinya lah yang bersalah. Dan jikalau ada orang yang menyalahkannya, dia akan senang karena dengan itu dia menyelamatkan nama baik temannya.Â
Saat ada banyak orang yang menipunya, dia tidak kapok berbuat baik. Baginya, berbuat baik adalah tujuan.Â
Saat ada banyak orang yang mengkhianatinya, dia tidak kapok untuk setia. Baginya, kesetiaan ada sesuatu yang harus diperjuangkan.
Apakah dia itu boleh disebut bodoh? Terserah saja. Tapi jauh dari pada itu, dia telah berbuat sesuatu yang bahkan orang pintar sekalipun tidak berani melakukannya. Lalu, di mana letak kebodohannya? Ini logika hati, bukan pikiran.
Dia pun sesungguhnya tidak bodoh. Dia justru penuh pertimbangan. Hanya bedanya, dia mempertimbangkan seluruh maksud hati dan pikirannya dengan kehendak yang Ilahi. Apa yang Tuhan kehendaki untuk kulakukan dalam situasi ini? Itulah dasar pertimbangannya.Â
Mungkin, daripada berdiskusi apakah dia itu bodoh atau tidak, adalah lebih baik untuk meneladaninya. Bukankah berteman dengannya membuat hidup kita penuh damai? Dan coba dibayangkan, betapa damainya dunia ini jika setiap harinya bertambah jumlah orang yang tulus hatinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H