Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jadi "Mantan Covid" Itu Tidak Enak

18 Juni 2021   22:28 Diperbarui: 18 Juni 2021   22:43 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya istilah untuk "mantan Covid" ini berasal dari guyonan saudara-saudara sekitar untuk saya yang merupakan pasien covid-19 yang baru saja sembuh. Bagi mereka saya adalah mantan covid, yaitu orang yang pernah menderita covid-19.

Sesungguhnya julukan itu lucu dan kurang tepat, seakan-akan saya pernah berpacaran dengan covid. Namun jika dimengerti sebagai yang pernah berkaitan dengan covid maka istilah itu rasanya tidaklah berlebihan.

Selama 14 hari saya berjuang melawan covid di dalam diriku. Itulah masa di mana saya dan covid-19 menjalin hubungan. Namun karena sejak awal saya tidak suka dengannya, maka hubungan kami pun hanya terjalin selama 14 hari. Meskipun demikian, itu adalah waktu yang cukup lama bagiku. Dan kini saya telah berpisah dengan covid-19. Inilah yang membuat saya dijuluki sebagai mantan covid oleh saudara-saudara sekitar.

Bagi saya sendiri, dan mungkin juga bagi mereka yang pernah mengalaminya, menjadi mantan covid itu tidak enak. Hal yang paling membuat kita menderita ialah keadaan di mana orang-orang akan menghindari kita, sekalipun kita telah berusaha meyakinkan mereka kalau kita sudah mendapat surat keterangan dari dinas kesehatan yang menyatakan kalau kita sudah sehat dari covid-19.

Suatu sore seorang ibu datang ke komunitas kami untuk bertemu dengan pimpinan kami. Namun karena saya yang menyambutnya, beliau tidak berani mendekat atau masuk ke dalam beranda rumah kami. Beliau hanya berdiri jauh di luar gerbang beranda. Beliau juga menanyakan tentang keadaan ku, apakah saya benar-benar sudah sembuh atau belum. Akhirnya komunikasi kami pun berlangsung dari jarak yang jauh.

Bukan hanya dengan ibu itu komunikasi kami terjadi demikian. Ada juga beberapa orang yang datang ke komunitas kami atau pun sekedar melintas dari komunitas kami. Mereka tampak khawatir dan kurang nyaman dengan saya.

Pengalaman yang lainnya ialah saat saya hendak berbelanja ke suatu toko. Kebetulan pemilik toko itu mengenal saya dan mengetahui kalau saya pernah kena covid-19.

Saat saya tiba, beliau segera membuat tanda berhenti. Lalu beliau bertanya: "Apakah kamu sudah sembuh?"

Lalu saya mengatakan kepadanya bahwa saya sudah sembuh bahkan sudah hampir selama satu minggu saya lewati sejak menyelesaikan isolasi mandiri. Saya juga memperlihatkan foto dari surat dinas kesehatan tentang pernyataan keadaanku. Akhirnya beliau pun menjadi tenang dan bersedia melayani saya saat itu.

Sebenarnya masih ada banyak pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan yang kualami sejak saya menyelesaiakan isolasi mandiri dan dinyatakan sehat oleh dinas kesehatan kota Gunungsitoli. Namun bagi saya sendiri, pengalaman itu cukup beralasan mengingat pandemi covid-19 sangatlah berbahaya. Mereka yang berekspresi takut saat bertemu dengan saya hanyalah ingin menjamin kalau saya telah benar-benar sehat dan dengan begitu mereka pun tetap aman saat berkomunikasi dengan saya.

Sikap mereka yang demikian juga saya mengerti sebagai tindakan pencegahan agar penyebaran covid-19 tidak semakin meluas. Hal itu mengandaikan bahwa saya bisa saja telah melanggar aturan isolasi dengan keluar atau beraktifitas seperti biasa. Karena itulah, saya selalu menjelaskan kepada mereka tentang keadaanku yang sudah mendapat rekomendasi sehat dari dinas kesehatan.

Saya bersyukur dengan pengalaman menyandang status sebagai mantan covid. Memang tidak enak rasanya, namun setidaknya hal itu cukup mengajari saya betapa pentingnya menjaga kesehatan agar tidak terjangkit virus yang sedang menjadi pandemi di dunia ini. Rasa yang tidak enak saat banyak orang yang khawatir saat bertemu dengan saya menjadi kesadaran bagi saya betapa pentingnya menjaga kesehatan, terlebih dari serangan virus yang sedang mewabah di Negara kita ini, bahkan di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun