Namun karena beliau telah pulang, saya tidak bisa melakukannya. Lagi pula, saya pun tidak tahu apa yang menjadi tujuan ku untuk mengatakan hal itu. Mungkin untuk menerima pengertian dari beliau sebagai bentuk penghiburan bagi ku yang telah merasa galau karena menjadi dirigen saat itu.
Setelah duduk diam selama beberapa menit, saya pun segera berlutut dan berdoa. Dalam doa itu saya minta maaf kepada Tuhan atas kekacauan hati ku selama Perayaan Ekaristi berlangsung. Saya juga minta maaf kepada Tuhan karena tidak bisa menjadi andalan untuk menggantikan petugas dirigen pada saat itu.
Setelah merasa damai, saya pun beranjak dan pergi pulang. Dalam hati sebenarnya saya berharap agar pengalaman itu tidak terulang lagi. Namun jikalau pun itu terulang kembali, saya akan tetap bersedia melakukannya karena bagiku, menjadi petugas dalam suatu perayaan iman adalah baik dan mulia.
Tentang kekurangan dan kelemahan yang kumiliki, biarlah Tuhan yang menyempurnakannya. Saya hanya perlu melatih diri agar setidaknya keburukan yang terjadi dalam perayaan saat itu tidak terulang kembali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI