Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membuat Daftar Waktu untuk Tidak Menggunakan Gadget

8 Februari 2021   11:24 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:28 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunakan gadget (pixabay.com) 

Saya merupakan orang yang selalu melekat dengan gadget. Setiap hari, tidak ada waktu yang kulalui tanpa adanya gadget di tangan, selain saat mandi. Saat tidur pun, gadget selalu ada di sampingku karena saya suka memutar musik tidur sebelum tidur dan itu akan menyala sampai saya bangun.

Saat bangun tidur juga, hal pertama yang keluar dari pikiran ku ialah apa yang ada di dalam gadget ku dan itu wajar karena hal pertama yang kudengar ialah musik yang keluar dari gadget ku. Bahkan yang paling parah ialah, hampir selalu terjadi bahwa saya lebih memilih untuk terlebih dahulu membuka gadget dari pada berdoa kepada Tuhan sehabis bangun tidur. Padahal, sebagai orang yang hidup dari kebaikan Tuhan, sehabis bangun adalah kesempatan yang baik untuk mengucap syukur atas perlindungan yang diberikan Tuhan selama istirahat yang baru saja ku alami.

Saudara-saudara sekomunitas ku juga pernah menegur saya. Di saat-saat bersama dengan mereka, saya tetap asyik dengan gadget ku. Dengan begitu, saya pun secara langsung telah mengabaikan mereka.

Namun suatu hari, saya pernah tersadar akan kebiasaan ku yang buruk ini. Itu terjadi saat saya sedang menunggu pesanan di sebuah warung makan.

Saat itu saya diminta untuk membeli nasi bungkus sebanyak tujuh bungkus. Karena jenis lauk yang kami pesan berbeda-beda, maka butuh waktu yang lumayan lama bagi saya untuk menunggu.

Di tempat itu ada juga beberapa orang yang sedang menunggu pesanan mereka. Tetapi mereka saling mengobrol satu sama lain.

Jika saya perhatikan, mereka terkesan cukup akrab dengan obrolan yang mereka lakukan meskipun mereka berasal dari tempat yang berbeda-beda. Itu ternyata saat ada beberapa dari mereka yang pergi lebih dahulu setelah pesanannya selesai. Dan saat itu terjadi, mereka tidak sedang memegang gadget.

Saya merasa tertarik dengan perilaku mereka, karena di antara orang-orang yang ada di warung itu, hanya sayalah yang tidak memiliki teman obrolan. Dan saya kira, sekalipun saya bergabung dengan mereka, pastilah itu tidak berpengaruh apa-apa dengan obrolan mereka karena saya selalu asyik dengan gadget saya.

Tiba-tiba, saya pun langsung teringat dengan teguran yang pernah diberikan oleh saudara-saudara ku di komunitas. Ternyata benar apa yang dikeluhkan oleh saudara-saudara ku itu bahwa saat saya memegang gadget dan asyik sendiri dengannya, itu berarti saya menganggap mereka tidak ada di sekitar ku meskipun secara fisik mereka ada.

Akhirnya saya, yang hampir tenggelam dalam keseruan bermain gadget, memasukkan gadget ku ke dalam tas saku dan mengatur posisi duduk untuk terlihat baik-baik saja tanpa gadget. Jujur, saat itu, pikiran ku lari ke mana-mana, bahkan jika boleh mengetahui isi pikiran mereka yang memperhatikan saya saat itu, saya terlihat sangat gelisah. Dan itu benar, saya benar-benar gelisah. Saya merasa bodoh dengan diriku sendiri karena tidak mengetahui harus melakukan apa.

Namun meskipun perasaan ku gelisah, saya tetap bertahan untuk tidak memegang gadget. Bahkan saat gadget ku mengeluarkan bunyi yang menandakan ada pesan masuk, saya tetap mengabaikannya. "Nanti pasti masih bisa saya buka", pikirku dalam hati.

Terjadilah saat itu, bahwa saya terlihat seperti orang bodoh selama kurang lebih satu jam. Satu jam itu adalah waktu yang luar biasa lamanya ketika saya merasa diri sebagai orang yang tidak tahu berbuat apa-apa. Namun untuk sebuah tekad yang lahir dari kesadaran merubah sikap, maka waktu itu terbilang masih kurang. Bahkan saya ingin meneruskannya sampai saat gadget ku mengeluarkan bunyi yang menandakan adanya panggilan masuk.

Setelah pesanan ku selesai, saya melakukan pembayaran di kasir. Lalu saya meminta struk pembelian untuk dilaporkan kepada bendahara komunitas. Setelah semuanya selesai, maka saya pun kembali ke komunitas.

Sungguh, hari itu saya tidak membuka gadget. Setibanya di komunitas, saya segera menyimpan tas saku saya ke dalam lemari dan membiarkan gadget saya berada di dalamnya. Saya tidak tergoda dengan pertanyaan yang ada di dalam pikiran ku tentang bagaimana jika nantinya ada yang menghubungi saya. Karena nyatanya, bisa sampai selama seminggu saya tidak ditelepon oleh orang lain, dan sekalipun saya melakukan percakapan di WhatsApp dengan teman-teman, namun itu hanya sekedar obrolan biasa yang banyak diprakarsai oleh diri ku sendiri.

Sungguh suatu pengalaman yang cukup berani hari itu. Saya melakukan suatu perbuatan yang menurut penilaian saudara-saudara sekomunitas, hampir tidak mungkin saya lakukan karena kelekatan yang sungguh erat antara saya dengan gadget saya. Namun hari itu saya berani menahan diri untuk tidak memegang gadget.

Sejak pengalaman hari itu, saya mulai membuat daftar waktu tentang kapan-kapan saja saya tidak boleh memegang gadget. Yang saya bela dalam daftar itu ialah kebersamaan saya dengan saudara-saudara sekomunitas, relasi pribadi saya dengan Tuhan dan pelaksanaan tanggung jawab saya di komunitas. Akhirnya, setelah daftar itu selesai saya buat, saya melihat bahwa ternyata, kualitas penggunaan gadget saya sangat rendah. Artinya, ada banyak kegiatan yang membuat saya memilih untuk tidak memegang gadget setelah membandingkan nilai yang saya perjuangkan di dalamnya.

Sejak artikel ini saya buat, inilah hari ketiga bagi saya melaksanakan daftar waktu untuk tidak memegang gadget. Akibatnya sangat luar biasa. Banyak hal baik yang kualami setiap harinya dan, ini yang paling penting, saya merasa bahagia.

Semoga saya berhasil melepaskan diri dari kecanduan menggunakan gadget. Gadget harus saya kembalikan kepada nilai positif yang terkandung di dalamnya saat ia dibuat oleh pembuatnya, yaitu membantu pengembangan diri penggunanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun