Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bermodalkan Refleksi Hidup Sehari-hari, Saya Bisa Menulis Artikel di Kompasiana

5 Februari 2021   23:12 Diperbarui: 6 Februari 2021   00:47 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis (pixabay.com) 

Suatu hari saya bertemu dengan seorang teman di Gereja. Saat itu sedang dilakukan kebersihan gereja dan kami turut membantu di dalamnya.

Sambil bekerja, kami juga berbincang-bincang. Ada banyak hal yang kami perbincangkan saat itu, mulai dari pengalaman kuliahnya hingga bagaimana kegiatan-kegiatan dari kelompok kami yang karena pandemi Covid-19, menjadi tertunda.

Di tengah perbincangan itu, tiba-tiba dia menyampaikan pujiannya terhadapku karena mampu menulis artikel di kompasiana. Beliau menambahkan bahwa itu terjadi pasti karena saya banyak membaca buku.

Lalu, saya menyampaikan rasa terima kasih atas pujian yang ia berikan kepadaku. Saya menyampaikan kepadanya, bahwa untuk urusan menulis artikel di Kompasiana, tidak harus menunggu saat kita rajin membaca. Kegiatan menulis dengan sendirinya mendorong kita untuk banyak membaca agar kualitas tulisan kita tidak membosankan. Karena itu, yang pertama harus kita lakukan ialah berani menulis.

Saya juga mengatakan kepadanya bahwa untuk setiap artikel yang kumuat di Kompasiana itu adalah hasil refleksi ku atas hidup yang kujalani setiap harinya. Dengan bermodalkan refleksi hidup sehari-hari, sesungguhnya kita sudah bisa membuat sedikitnya satu artikel setiap harinya di Kompasiana. Jadi, jangan menunggu saat kita rajin membaca baru kita mau menulis karena pengalaman sehari-hari adalah inspirasi terbaik untuk menulis.

Alasannya adalah demikian. Ada banyak hal dalam hidup ini yang bisa menjadi bahan inspirasi untuk menulis, mulai dari hal yang menyedihkan sampai hal yang menyenangkan. Bahkan untuk hal-hal yang biasa saja pun bisa menjadi inspirasi untuk menulis. Semuanya tergantung dari daya refleksi kita atas realita hidup yang kita alami.

Ketika kegiatan membersihkan gereja selesai, kami melanjutkan perbincangan di depan gereja. Saya mengatakan kepadanya bahwa menulis itu adalah kegiatan berefleksi. Saat itu kita bukan saja menguraikan apa yang ada, yang kita alami, tetapi juga memaknainya untuk diri kita sendiri.

Ada begitu banyak kebaikan yang ditaburkan Tuhan dalam setiap kehidupan kita, dan tugas kita ialah mengalaminya.

Namun untuk bisa sampai pada keadaan mengalami kebaikan itu, kita harus mengambil waktu untuk merenungkannya, dan itulah yang terjadi dalam refleksi. Dan di akhir permenungan itu, akan lahir, dengan sendirinya, rasa syukur dan pujian kepada Tuhan. Itu terjadi karena di dalam refleksi itu, kita bisa merasakan apa makna dari setiap peristiwa kehidupan yang kita alami setiap harinya.

Setelah mengatakan itu kepadanya, saya memberikan informasi seputar kompasiana. Saya juga meyakinkannya kalau saya selalu bersedia membantu saat ia mengalami kesulitan untuk bergabung di Kompasiana. Lalu kami pun saling berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Saya sangat senang dengan perbincangan yang terjadi antara saya dengan teman ku itu. Meskipun saat itu seluruh penjelasan saya tentang menulis tertuju kepadanya, namun saat itu juga saya pun sedang menyemangati diriku untuk tetap bertekun dalam membuat refleksi harian.

Harus kuakui bahwa hampir seluruh artikel yang kumuat dalam Kompasiana adalah hasil refleksi dari kegiatan ku sehari-hari. Untuk itu, jika saya bertekun membuat refleksi harian maka akan semakin banyak pula artikel yang bisa kumuat dalam Kompasiana. Ini bukan tentang seberapa banyak artikel yang bisa kumuat, tetapi tentang seberapa besar makna yang bisa kuperoleh dari setiap peristiwa kehidupan yang kualami dalam satu hari, dan pada saat yang sama, Kompasiana berperan sebagai wadahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun