Suatu hari saya menemani seorang saudara berobat. Kami pergi ke tempat praktek dokter. Dokter itu ahli jantung dan saudara saya ini sudah lama mengeluh tentang jantungnya.Â
Ini adalah hari kelima bagi kami untuk kunjungan ke tempat praktek dokter itu. Tempat praktek itu buka dari pukul 16.00-20.00 WIB. Dari tempat menginap, kami berangkat pukul 15.00 WIB dan akan tiba di tempat praktek pada pukul 15.00 WIB.Â
Tidak masalah bagi kami untuk menunggu karena siapa yang lebih dahulu tiba, dialah yang akan dilayani terlebih dahulu.Â
Dokter selalu datang tepat waktu, bahkan tiba sekitar 10-15 menit sebelum pukul 16.00 WIB. Dengan keadaan yang demikian, kami selalu yang dilayani pertama kalinya saat jam praktek dibuka.
Awalnya kami mengira bahwa uang yang itu akan cukup untuk membiayai pengobatan jantung saudara ku tersebut. Namun setelah tiba di tempat praktek dokter tersebut, kami langsung sadar bahwa uang yang kami bawa itu sangat kurang.Â
Hari pertama saja kami sudah harus membayar Rp. 9.000.000. Menurut kasir, harga itu sudah dipotong dari harga sebelumnya yaitu Rp. 10.200.000.
Saat itu juga kami pun langsung menghubungi keluarga untuk meminta bantuan dana. Sudah sangat pasti bahwa uang yang kami bawa itu tidak cukup membayar biaya pengobatan jantung saudara ku tersebut.Â
Beruntung keluarga yang lainnya mau membantu. Mereka mengirim uang, bahkan berjanji untuk melunasi semua biaya pengobatan nya.
Kini saudara saya itu akan mendapatkan pengobatan terakhir. Besar harapan kami, semoga jantung nya segera pulih seperti yang dijanjikan oleh dokter itu di hari pertama kami konsultasi.
Dari peristiwa itu saya mengerti bahwa kesehatan itu sangat mahal harganya. Selama 5 hari di sana, kami hampir menghabiskan uang sebesar seratus juta rupiah. Itu adalah angka yang sangat besar.