Ketika tiba waktu yang ditentukan untuk memulai ibadat, maka saya pun segera memimpin ibadat. Sepanjang ibadat berlangsung, banyak dari mereka yang mengantarkan intensi untuk saya doakan.
Pada saat mengantarkan intensi tersebut, mereka akan berlutut terlebih dahulu di depan altar, membuat tanda Salib dan sambil menunduk dengan hikmat, mereka memberikan intensi di meja altar. Itulah bentuk kepolosan iman mereka, namun bagi saya pribadi, iman demikianlah yang berkenan di hadapan Tuhan.Â
Perbuatan mereka itu memperlihatkan suatu sikap yang merendahkan diri di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa. Sungguh suatu sikap iman yang luar biasa.
Seusai ibadat, saya diajak untuk makan di rumah salah seorang umat. Bersama saya ada beberapa orang yang turut serta agar suasana makan pun menjadi kesempatan baik untuk bercengkrama dengan mereka. Dalam suasana itu kami membahas banyak hal terkait dengan kehidupan mereka di desa itu dan seturut kemampuanku saya berusaha memberi masukan kepada mereka.
Setelah makan siang selesai saya pamit. Saya segera kembali ke paroki.
Bagi saya pribadi, pengalaman memimpin ibadat di tempat itu sungguh merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan. Pertemuan dengan mereka membantu saya menghayati makna Natal yang kami rayakan saat itu, yaitu Allah berkenan lahir dalam rupa manusia yang lemah dan sederhana, untuk menujukkan kepada manusia tentang bagaimana caranya mencintai sesama, terlebih mereka yang lemah.
Dan lagi, justru kepada orang-orang yang lemah dan sederhanalah warta keselamatan itu pertama kali disampaikan, yang dilambangkan oleh para gembala saat para malaikat datang kepada mereka dan menyampaikan bahwa Juru Selamat telah lahir (lihat Lukas 2:8-20).Â
Para gembala adalah mereka yang memiliki status sosial yang rendah dan sering tidak diperhitungkan di dalam masyakaratnya. Namun justru kepada merekalah warta yang Agung itu disampaikan (Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, hlm. 120).
Semoga pengalaman itu membuat saya mengerti bagaimana bersikap di hadapan Tuhan, yaitu dengan selalu merendahkan diri, membuka hati kepada sesama dan bergantung hanya kepada-Nya hingga Ia berkenan lahir di hati dan kehidupan ku.
Selamat Natal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H