Suatu sore, kami berkunjung ke kebun yang berada di pegunungan. Jalannya menanjak dan curam. Mobil yang kami kendarai hampir tidak mampu melewatinya. Namun dengan kesabaran yang ada akhirnya kami pun bisa tiba dengan selamat.
Di kebun telah ada penjaga yang bertugas untuk merawat. Setibanya kami di sana mereka langsung mengetahui maksud kedatangan kami, yaitu ingin memanen beberapa tanaman untuk kebutuhan dapur. Bersama kami ada beberapa orang suster yang berasal dari luar kota dan kunjungan itu kami intensikan untuk mereka agar saat kembali nanti mereka bisa membawa oleh-oleh berupa hasil kebun.
Di kebun terdapat berbagai tanaman seperti cabai merah, cabai rawit, bayam, mentimun, terong ungu, jagung, kacang panjang, pepaya, sirsak, pisang, ubi kayu dan kangkung. Semuanya telah tersusun secara rapi.
Sebelum masuk ke kebun kami membagikan beberapa plastik kepada para suster sebagai tempat tanaman yang bisa mereka panen dan akan mereka bawa pulang.
Yang menarik saat itu ialah mereka tidak segera memanennya. Mereka menyempatkan diri untuk mengambil gambar dan membuat gerakan seperti sedang memanen sebab kata mereka kebun kami cukup subur dan menyegarkan mata.
Sejauh yang saya lihat, mereka mengambil semua jenis tanaman yang ada dan jika mereka kekurangan plastik maka saya pun akan berlari ke pondok untuk mengambilkannya kepada mereka. Meskipun jarak pondok ke tempat mereka memanen cukup jauh namun saya rela naik turun untuk menjemput plastik bagi mereka. Saya turut bahagia karena mereka bahagia dengan kebun kami.
Setelah merasa cukup dengan apa yang mereka panen, kami memutuskan untuk kembali. Namun sekali lagi, sebelum kami masuk ke dalam mobil, kami menyempatkan diri untuk mengambil gambar dengan hasil panen berada di tangan.
Sungguh indah pengalaman sore itu. Mengunjungi kebun menumbuhkan rasa syukurku atas kebaikan Tuhan yang senantiasa tercurah lewat alam ciptaan-Nya. Melalui kebun itu, kami bisa mempekerjakan beberapa orang sebagai perawat dan penjual jika musim panen tiba. Melalui kebun itu juga, kebutuhan dapur warga yang berada di sekitar bisa terpenuhi. Banyak kebaikan yang bisa kami terima dan nikmati.
Namun sambil bersyukur saya juga terpanggil untuk senantiasa merawatnya agar apa yang baik yang dimaksudkan Tuhan saat menciptakannya bisa dinikmati dan dialami, bukan untuk diri sendiri tetapi juga untuk banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H