Lalu kami pamit dan tidak lupa saya berterima kasih atas pelayanan mereka yang luar biasa. Saya kira, siapa pun yang berkunjung ke warung mereka akan merasa nyaman. Itu terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang malam itu.Â
Itulah kisah perjumpaan saya dengan Rani. Sejauh perkenalan singkat kami, nama lengkapnya ialah Rani The. Ayahnya seorang Cina dan ibunya Nias. Ia bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Negeri di daerah itu, sementara saudari-saudarinya masih SD.
Perjumpaan dengan Rani membuat saya mengerti tentang arti dari seorang anak sulung. Anak sulung memiliki hak dan kewajiban yang istimewa dibandingkan dengan saudara-saudara lainnya. Tanggung jawabnya lebih besar dan karena itu perjuangan yang harus diberikan pun tentu lebih besar.
Saya yakin kalau Rani tidak pernah menyesal dilahirkan sebagai yang sulung di antara saudari-saudarinya. Dia mengerti bahwa itu semua adalah kesempatan baginya untuk bisa bertumbuh sebagai pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Bersama dengan ibunya, ia menjadi tulang punggung bagi keluarga mereka.
Dia sadar, bahwa sebagai anak pertama, dia memikul tanggung jawab atas saudari-saudarinya. Ia juga bertanggungjawab untuk membantu ibunya dalam menjalankan bisnis yang telah dimulai oleh almarhum ayahnya. Itulah mengapa dia begitu sibuk melayani para pengunjung di warung mereka.
Saya berharap semoga Rani bersama dengan ibu dan saudari-saudarinya berhasil menjalankan usaha yang ditinggalkan oleh almarhum ayahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H