Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untung Rugi Memiliki Tampang yang Menipu

21 November 2020   18:00 Diperbarui: 21 November 2020   18:01 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata tampang atau bentuk wajah memberikan kontribusi tersendiri dalam relasi kita dengan sesama yang ada di sekitar kita. Saya memiliki pengalaman tersendiri dalam berelasi berdasarkan tampang yang saya miliki.

Spontan jika bertemu dengan orang lain saya dikira bukan orang Batak. Ada dua perkiraan suku yang diberikan kepadaku, kalau tidak orang Cina berarti orang Nias. Dan anehnya tidak ada dari kedua perkiraan tersebut yang benar karena nyatanya saya bukan orang Cina atau orang Nias. 

Saya orang Batak, Batak Pak-Pak Dairi. Marga saya Padang dan ibu saya boru Munthe (orang Batak juga). Namun berdasarkan pengalaman bertemu dengan orang selama ini tampang ke-Batak-an saya itu tidak tampak. Jadi kesimpulan awal untuk tampang ini ialah saya memiliki tampang yang tidak sesuai dengan identitas diriku yang sesungguhnya.

Jika ditakar dengan untung-rugi, tampang yang saya miliki bisa mendatangkan keuntungan namun bisa juga mendatangkan kerugian. Saya akan mengawalinya dengan kerugian.

Seorang ibu pernah mencap saya sebagai pembohong ketika saya dengan jujur mengatakan bahwa saya adalah orang Batak. "Bagaimana mungkin calon pastor berbohong," ucapnya dengan nada kesal. Ibu itu sangat yakin kalau saya itu orang Nias.

Saya telah berusaha meyakinkan beliau kalau saya orang Batak dengan mengajak beliau berbahasa Batak, karena kebetulan ibu itu adalah orang Batak. Namun beliau tetap tidak percaya. 

Rasa tidak percayanya didukung dengan ketidaktahuannya atas marga saya. Beliau belum pernah mendengar marga Padang. Dan sekalipun saya menjelaskan bahwa itu adalah marga dari salah satu suku Pak-Pak, namun beliau tetap tidak percaya. Akhirnya, perkenalan kami itu diakhiri dengan meninggalkan perdebatan yang tak kunjung selesai.

Sesungguhnya marga saya juga sedikit mendukung keyakinan orang bahwa saya bukanlah orang Batak. Marga Padang masih terasa asing bagi orang-orang yang ada di sekitarku. 

Mereka bahkan mengira saya adalah orang Padang. Oleh karena itu, setiap kali ada perkenalan, maka saya harus sabar memperkenalkan diri kepada mereka sampai mereka pun yakin bawah aku orang Batak, yaitu dari suku Pak-Pak Dairi yang bermarga Padang.

Itu kerugiannya. Keuntungannya ialah saya tidak mudah untuk dilupakan oleh orang lain yang telah berkenalan dengan saya. Orang yang awalnya ragu tentang suku saya dan setelah saya jelaskan menjadi tahu bahwa saya orang Batak, akan sangat mudah mengingat diriku. "O, yang kayak orang Cina itu ya", atau "Iya, frater itu kupikir orang Nias tapi orang Batak". Itulah komentar mereka selalu ketika mengingat diriku. Dengan begitu saya cepat menempel dalam memori mereka dan lama tinggal di dalamnya.

Itulah pengalaman saya berkaitan dengan tampang atau bentuk wajah. Ada untungnya dan ada ruginya. Namun justru itulah yang memberi ku suatu ciri yang khas atau unik.

Saya kira Tuhan telah dengan sengaja memberiku sebuah modal menarik dalam berelasi dengan orang-orang yang ada di sekitarku yaitu tampang yang sulit ditebak dan bahkan membuat banyak orang salah menebak. 

Kesulitan dan kesalahan mereka atas tampangku inilah yang membuat hubungan saya dengan mereka semakin erat dan bertahan cukup lama. Perkenalan yang didasarkan pada kekeliruan mengenai tampang merupakan perkenalan yang cair, tidak kaku dan membuka kepada perkenalan yang lebih mendalam lagi. Dengan demikian strategi untuk bisa langsung tinggal di hati mereka menjadi terpenuhi dan hebatnya itu terjadi dalam perkenalan awal ku kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun