Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kapolda Metro Jaya yang Baru Pernah Menangani Kasus Chat Mesum Rizieq

18 November 2020   11:59 Diperbarui: 18 November 2020   12:10 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu keseruan yang terjadi dalam peristiwa penggantian Kapolda Metro Jaya, dari Irjen Nana Sudjana kepada Irjen Muhammad Fadil Imran. Seperti yang diberitakan oleh suarajakarta.id (Senin, 16 November 2020), ternyata Kapolda Metro Jaya yang baru pernah menangani kasus chat mesum yang menjerat Habib Rizieq Shihab dan Firza Husein. 

Meskipun dalam penanganan kasus tersebut sudah di SP3-kan, namun penempatan Irjen Muhammad Fadil Imran sebagai Kapolda Metro Jaya nampaknya memiliki kaitannya dengan kasus tersebut.

Ini hanyalah dugaan semata dari penulis yang memiliki pengetahuan receh tentang dunia pemerintahan atau pun dunia perpolitikan. Namun, justru itulah yang membuat penulis berani memberikan komentar demikian agar kiranya mendapat koreksi dari mereka yang ahli di bidang tersebut.

Seperti diketahui bersama bahwa kasus pencopotan Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana terjadi saat ia dinilai lalai atau pun gagal dalam menerapkan protokol kesehatan terhadap peristiwa yang melibatkan Habib Rizieq Shihab. Itu terjadi saat besarnya kerumunan yang tercipta di kala kepulangan HRS dari Arab Saudi.

Di masa pandemi saat ini, kerumunan jelas merupakan suatu pelanggaran keras karena menyangkut keselamatan manusia. Namun kerumunan tersebut tetap saja terjadi. Kapolda Metro Jaya, sebagai pihak yang berwewenang dalam hal itu dinilai lalai dalam menerapkan protokol kesehatan.

Muncul dugaan bahwa kelalaian itu disengaja karena seharusnya kerumunan itu bisa dicegah mengingat prediksi kuat yang mengatakan bahwa kepulangan sosok seperti Habib Rizieq tentu akan menimbulkan kerumunan yang besar jumlahnya. Namun itu tidak dilakukan oleh. Kelihatan, meskipun tidak sepenuhnya jelas, bahwa Pihak Kapolda Metro Jaya sengaja memberi toleransi atas kerumunan.

Jika benar bawa Kapolda Metro Jaya memberikan toleransi atas kerumanan tersebut, maka bagi penulis, Bapak Nana Sudjana telah melakukan toleransi yang ilegal. Ia ilegal karena tidak berkesesuaian dengan semangat dari toleransi itu sendiri. 

Tidak ada toleransi terhadap peristiwa yang berpotensi membahayakan keselamatan manusia, sebab keselamatan manusia adalah hukum tertinggi dan segala hukum yang ada tertuju kepada pemenuhan hukum tersebut.

Jika boleh menduga, barangkali "toleransi ilegal" itu terjadi karena relasi yang tercipta di antara kedua belah pihak, antara pihak Kapolda Metro Jaya, Bapak Nana Sudjana, dengan pihak Habib Rizieq Shihab. Bagaimana bunyi relasi itu, pikiran penulis tidak bisa menjangkaunya. Namun boleh jadi, demi menjaga relasi yang ada, toleransi ilegal pun terjadi.

Akhirnya Bapak Nana Sudjana dicopot jabatannya sebagai Kapolda Metro Jaya. Kini beliau menjabat sebagai Koorsahli Kapolri (Kompas.com: Senin, 16 November 2020).

Jabatan sebagai Kapolda Metro Jaya yang baru diberikan kepada Bapak Irjen Pol Muhammad Fadil Imran. Penunjukkannya sebagai Kapolda yang baru menjadi seru mengingat dalam kiprahnya di dunia kepolisian, tepatnya saat menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal, beliau pernah menangani kasus chat mesum Habib Rizieq.

Penulis menduga bahwa penunjukkannya sebagai Kapolda Metro Jaya yang baru memiliki kaitan dengan kiprahnya saat menangani kasus chat mesum tersebut.

Dan meskipun kasus chat tersebut sudah di SP3 kan, tetapi penempatan beliau saat ini menjadi peringatan bagi Habib Rizieq Shihab dan kelompoknya untuk tidak lagi berbuat sesuatu yang merugikan.

Bapak Fadil Imran diharapkan tampil sebagai sosok yang berani untuk menghadapi Habib Rizieq Shihab dan kelompoknya. Tentu tujuannya ialah bukan hendak membuat perkelahian antara Negara dengan kelompok HRS, namun untuk menjamin tidak terjadinya toleransi ilegal di antara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun