Dicium Lansia
Selama menjalani Tahun Orientasi Pastoral di pulau Nias, saya pernah mendapat ciuman dari para lansia. Ciuman itu disengaja dan dibuat dalam suatu kegiatan yang juga sengaja diadakan. Ceritanya demikian.
Di paroki, ada kelompok Legio Maria. Jika pastor paroki berhalangan, maka yang mengisi alukusio (renungan singkat) dalam kelompok itu ialah saya. Karena kelompok ini masih baru, jadi bisa dihitung berapa kali saya memberikan alukusio untuk mereka, apalagi pertemuannya hanya sekali dalam seminggu. Yang menjadi anggotanya ialah para ibu dari berbagai usia.
Suatu kali, dalam pertemuan seperti biasanya, saya diminta untuk memberikan alukusio. Ternyata permintaan itu disengaja oleh mereka karena tinggal menghitung hari lagi, saya akan meninggalkan paroki tersebut. Maka boleh dikatakan bahwa alukusio saat itu akan menjadi alukusio yang terakhir dari saya untuk mereka.
Setelah kegiatan Legio selesai mereka mengadakan acara perpisahan untuk saya. Mereka telah membawa banyak makanan dan minuman ringan saat itu. Mereka juga menyediakan kado untuk saya dan yang memberikan kado tersebut adalah para ibu yang lansia. Dan setelah memberikan kado, mereka diminta untuk mencium saya.
Saya sangat bersyukur pada saat itu. Bukan karena mendapat ciuman, tetapi karena mendapat dukungan terhadap panggilanku untuk menjadi imam.
Ada seorang ibu yang langsung mengambil Rosario yang saya gunakan pada saat itu. Ibu itu mengatakan bahwa  Rosario tersebut akan menjadi kenang-kenangan baginya.
Mereka juga menyampaikan harapannya agar saya sukses dalam panggilan dan kelak menjadi imam yang baik dan rendah hati. Bagiku, ini merupakan kado perpisahan yang sangat bernilai harganya.
Refleksi Panggilan
Banyak pengalaman yang saya alami selama menjalani TOP di pulau Nias. Pengalaman-pengalaman itu sungguh merupakan motivasi bagi ku dalam menjalani panggilan yang sedang kujalani saat ini.