Saya sangat sedih dengan peristiwa itu, bahkan merasa malu karena telah gagal dalam menjalankan suatu kepercayaan. Tetapi pastor paroki mengatakan bahwa jabatan itu akan kembali diserahkan kepada saya. Saya hanya diminta untuk berefleksi sementara waktu tentang bagaimana saya selama ini menjalankan tugas tersebut.
Tiga bulan berikutnya saya kembali diberi kepercayaan sebagai bapak komunitas. Pengalaman yang sebelumnya saya jadikan sebagai batu loncatan untuk menjalankan kepercayaan tersebut dengan baik. Bahkan saya menjadi sangat hati-hati dengan segala urusan belanja. Alhasil, keuangan komunitas kami stabil dan tidak minus lagi.
Refleksi Pribadi
Sungguh suatu pengalaman yang berahmat bagi ku ketika saya diberi kepercayaan sebagai bapak komunitas di paroki tempat saya TOP. Harus saya akui bahwa ketika kepercayaan itu diberikan kepada ku, ada rasa bangga yang hampir menjurus kepada rasa sombong. Dan tanpa saya sadari, rasa itulah yang mengelabuhi diriku dan membuat saya gagal menjalankan kepercayaan tersebut.
Kegagalan saya ialah saya terlalu percaya diri. Saya tidak banyak berkomunikasi dengan bapak komunitas sebelumnya. Akhirnya kegagalanlah yang menyadarkan diriku tentang apa yang seharusnya saya lakukan.
Dari pengalaman itu saya mengerti bahwa sikap rendah hati sangat diperlukan ketika diberi kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu. Untungnya saya diberi kesempatan untuk menyadarinya sehingga ke depannya saya pun mampu berbuat secara baik dan benar.
Itulah yang saya syukuri kepada Tuhan dari pengalaman ku menjadi bapak komunitas di paroki tempat saya menjalani TOP. Selalu ada kesempatan untuk membarui diri, memperbaiki segala kesalahan yang lalu-lalu hingga menjadi pribadi yang siap sedia untuk bekerja secara lebih baik dan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H