Setibanya di stasi yang kami tuju, saya segera menyiapkan peralatan misa. Karena saat itu ada penerimaan komuni pertama, saya diminta oleh pastor paroki menyampaikan katekese kepada para peserta dan pastor paroki menerimakan sakramen pengakuan dosa kepada mereka. Saya ditemani oleh bapak katekis dalam berkatekese.
Seusai Perayaan Ekaristi, kami dijamu oleh seorang umat untuk makan siang. Setelah itu kami kembali ke paroki.
Kondisi jalan saat kami berangkat keadaannya berlumpur dan sulit dilalui oleh sepeda motor. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk memilih jalan yang lain.
Di tengah perjalanan motorku kembali mogok. Beruntung kami bertemu dengan pastor rekan di stasi yang berada di dekat stasi yang kami kunjungi tersebut. Mereka membawa mobil dan mobil tersebut diminta oleh mereka supaya dibawa oleh pastor paroki karena ada sedikit masalah. Kebetulan mobil itu adalah mobil yang sering digunakan oleh pastor paroki sehingga kerusakan itu dapat dengan mudah diatasi oleh beliau.
Karena motor ku mogok, maka saya ikut bersama pastor paroki dan motorku saya tinggalkan di tempat itu untuk saya jemput keesokan harinya bersama seorang mekanik. Kebetulan stasi yang kami kunjungi berada di daerah pegunungan dan di tempat itu tidak ada bengkel.
Di dalam perjalanan menuju paroki, saya kembali minta maaf kepada pastor paroki dan menceritakan kejadian tadi pagi yang membuat saya terlambat. Syukur kepada Tuhan, beliau memaafkan saya.
Refleksi Pribadi
Pengalaman hari itu memberi pelajaran kepada saya bahwa disiplin itu sangat penting ketika melakukan pelayanan kepada umat. Adalah lebih baik jika kita tiba lebih dahulu di gereja dari pada harus ditunggu oleh umat meskipun saat itu kita tidak terlambat atau tiba tepat saat ibadat akan segera dimulai.Â
Alasannya ialah agar kita masih memiliki waktu untuk menyapa umat yang datang ke gereja dan memberi mereka katekese singkat sebelum ibadat dimulai.
Selain itu, saya pun belajar rendah hati untuk minta maaf dan mengakui kesalahan. Hal itu perlu untuk menjaga relasi persaudaraan di dalam suatu komunitas.
Saya terlambat bukan semata-mata karena perutku sakit, namun karena saya tidak tahu jam berapa kami sepakati untuk berangkat ke stasi. Sebagai orang baru di tempat itu, saya sadar bahwa saya tidak peka untuk bertanya.Â