Saya baru saja berziarah ke makam kakek saya. Beliau adalah ayah dari ibu saya yang meninggal dunia 6 tahun lalu. Saya ikut dalam acara pemakaman beliau waktu itu dan karenanya saya sangat ingat bagaimana rasa sedih yang keluar dari wajah ibu ku sepanjang acara itu berlangsung.
Saat itu ibu ku sangat terpukul. Ibu ku tidak mengerti mengapa kakek ku meninggalkan kami. Yang membuat ibu menjadi sangat sedih ialah kakek pergi saat ibu ku baru saja berjanji akan mengunjunginya di kampung. Saat itu kakek sedang sakit dan meminta ibu ku untuk datang mengunjunginya.
Karena sedang kuliah, saya tidak bisa ikut bersamaan dengan ibu menuju kampung kakek. Saya tiba saat mereka sudah ada di sana. Sesaat saya tiba, ibuku langsung menangis sejadi-jadinya dan mengatakan kepada ku bahwa kakek ku telah meninggal dunia.
Saya hanya bisa diam dan termangu melihat tubuh kakek ku yang tidak bernyawa lagi. Terlintas kembali kenangan yang pernah saya alami bersama dengan kakek. Kakek sangat menyayangi kami.
Namun ia telah pergi meninggalkan kami saat kami masih membutuhkan kasih sayangnya. Memang saat itu sangat tidak masuk akal untuk menerima bahwa Allah itu baik. Jika Ia sungguh baik, mengapa kami dipisahkan dengan orang yang mengasihi kami. Namun kami harus menerima kenyataan itu bahwa kakek telah pergi meninggalkan kami.
Saat semuanya memang harus terjadi, akhirnya aku pun berpasrah kepada Tuhan sebab Dialah pemilik kehidupan dan Ia berkuasa atas hidup dan mati setiap orang di dunia ini.
Bentuk kepasrahan itu ialah doa. Di dalamnya saya mohon pengampunan atas dosa-dosa kakek dan juga mohon kekuatan untuk bisa menerima peristiwa tersebut.
Saat saya berdoa memohon pengampuan atas dosa-dosa kakek, saat itu saya sedang mengembalikan rasa percaya ku kalau Tuhan adalah maha baik dan penuh belas kasihan. Karena itulah maka saya mohon agar Tuhan, dengan segala kebaikan dan belas kasihan-Nya, mengampuni segala dosa yang pernah diperbuat kakek ku sewaktu hidupnya di dunia ini.
Sementara itu, saat saya berdoa mohon kekuatan untuk bisa menerima peristiwa tersebut, saat itu saya sedang kembali kepada iman akan kematian yang pasti dialami oleh setiap orang yang hidup di dunia ini.
Hidup di dunia ini hanyalah sementara dan kematian bukanlah akhir dari hidup di dunia ini. Kematian adalah peralihan kepada hidup yang lebih mulia dan kekal.
Sebab, jika aku percaya bahwa Tuhan itu kekal dan bahwa kita dicipta oleh karena Kasih-Nya, maka aku juga percaya bahwa di dalam diri semua orang ada hal yang kekal sifatnya dan itulah yang membuat kita, suatu saat, bisa bertemu dengan Dia. Itu terjadi setelah masa hidup kita di dunia ini berakhir.
Tuhan kasihanilah kakek ku yang telah berpulang kepada-Mu 6 tahun yang lalu. Kami mengasihinya, namun kasih-Mu pasti lebih besar kepadanya. Semoga ia beristirahat dalam kerahiman-Mu sebagaimana kami mengimani kalau Engkau sungguh maha baik dan penuh belas kasih. Semoga kelak kami bisa bertemu dengan dia di dalam kebahagiaan surgawi, agar bersama dia dan semua orang yang percaya kepada-Mu serta yang memperoleh keselamatan dari-Mu, boleh memandang wajah-Mu yang merupakan isi kerinduan kami di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H