Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah TOP di Pulau Nias (Bagian 8)

28 Oktober 2020   09:57 Diperbarui: 28 Oktober 2020   10:20 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbi Niowuru (dok.pri) 

Saya yakin bahwa rasaku terhadap niowuru ini dipengaruhi oleh kebiasaan. Saya belum terbiasa dengan jenis makanan ini. Sama halnya ketika memakan afo untuk pertama kalinya, saya langsung merasa pusing karena belum terbiasa dan setelah terbiasa saya merasa baik-baik saya bisa menikmatinya.

Saya tidak mungkin memaksakan umat untuk tidak menyediakan niowuru bagiku ketika saya makan di rumah mereka. Mereka belum memiliki pendingin karena listrik belum ada di tempat mereka. 

Sementara itu, mereka juga telah menganggap bahwa simbi adalah makanan untuk menghormati tamu yang ada. Maka ketika hendak berangkat untuk mengunjungi stasi yang berada di pegunungan, saya sudah siap sedia menerima apa yang akan mereka disajikan kepadaku, sekalipun itu niowuru. 

Saya tidak boleh menciderai rasa hormat mereka terhadapku. Saya hanya perlu membiasakan diri agar rasaku terhadap niowuru sama seperti rasa mereka. Ya, saya memang harus membiasakan diri. Jangan menolak rasa hormat umat, karena toh niowuru tersebut tidak membuat saya sakit atau mengalami keadaan yang menyedihkan.

Refleksi Pribadi

Niowuru adalah makanan unik yang pernah saya temui di Pulau Nias. Rasanya asin dan sering membuatku tidak selera memakannya. Namun saya tidak boleh menolaknya dan membuat mereka menjadi repot untuk menyediakan makanan khusus bagiku.

Niowuru mengajariku untuk mensyukuri apa yang ada dan apa yang saya temui dalam perjalananku menjalani TOP di Pulau Nias. Selain itu, niowuru juga mengajari saya untuk bersimpati atas keadaan umat yang berada di daerah pegunungan atau yang berada di daerah terpencil. Kehadiranku haruslah menjadi berkat bagi mereka karena untuk itulah saya menerima panggilan ini dari Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun