Selama berada di Pulau Nias, gerak tangan saya selalu spontan untuk memberikan salam kepada setiap orang yang saya jumpai, terlebih jika orang itu adalah orang baru. Jabatan tangan atau farau danga membuat saya tidak pernah takut untuk berkunjung ke mana saja meskipun saya belum pernah ke tempat itu. Itu karena saya memiliki satu kunci persaudaraan bagi mereka yaitu farau danga. Dan siapa pun dia, pasti akan segan jika kita hormat kepada dia. Itulah strategi pastoral ku selama menjalani TOP di Pulau Nias.
Refleksi pribadi
Farau danga atau berjabat tangan merupakan hal yang biasa dalam hidup sehari-hari, namun bukan berarti itu tanpa makna sama sekali. Farau danga adalah kebiasaan baik yang perlu dilakukan untuk menghormati setiap orang yang berada di sekitar kita., dan saat itu kita lakukan segala rasa curiga dan ketakutan pun sirna.
Saya bersyukur kepada Tuhan atas strategi pastoral yang Ia perlihatkan kepada ku selama berada di Pulau Nias. Pulau Nias adalah tempat yang asing dan sama sekali baru bagi saya.Â
Namun hal itu tidak lagi mengkhawatirkan karena suatu prinsip baik tentang hubungan dengan sesama yaitu saling menghormati. Saat kita hidup dengan rasa hormat kepada sesama maka hidup kita pun akan menjadi damai. Dan bagi saya sendiri, farau danga membuat pelayanan saya mendapat tempat di hati mereka. Itu terjadi karena sikap hormat ku kepada mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H