Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nyamankah Berdoa saat Kita Baru Saja Berbuat Dosa?

13 Agustus 2020   09:20 Diperbarui: 13 Agustus 2020   09:33 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdoa menjadi kewajiban hidup bagi orang beriman. Berdoa berarti menjalin komunikasi dengan sang Pencipta. Di dalamnya kita mencoba membuka hati untuk menyambut Tuhan yang telah berkenan menjumpai kita. Hanya dalam doa kita merasa yakin bahwa kita dan Tuhan saling berbincang dan saling mendengarkan. 

Tuhan adalah Sang Kudus dan karena itu rasa takut selalu menyelimuti hati kita saat kita hendak berdoa kepada-Nya. Rasa takut ini menghantar kita pada rasa kagum akan Kuasa-Nya dan patuh akan kehendak-Nya. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita selalu mempersiapkan hati dan budi yang bersih saat kita hendak bertemu dengan Tuhan dalam doa. 

Namun sebagai manusia yang lemah, kita acapkali jatuh dalam dosa. Pertanyaannya ialah bagaimana perasaan kita saat kita hendak berdoa kepada Tuhan namun pada saat itu kita baru saja berbuat dosa? Merasa nyamankah kita? 

Saya kira kita bisa saja merasa tidak nyaman karena menganggap diri tidak layak lagi untuk bertemu dengan Yang Kudus dalam doa. Segera kita merasa diri hina dina karena apa yang baru saja kita lakukan. Lantas apakah kita lebih baik untuk tidak berdoa saat itu dengan alasan karena kita sedang dalam keadaan tidak layak?

Saya pernah mempertanyakan hal ini kepada guru rohani. Beliau dengan santai memberi jawaban, "bisakah kamu sebutkan kapan kamu tidak berdosa? "

Saat itu saya segera menjawabnya dengan mengatakan bahwa hampir setiap saat saya berdosa bahkan boleh jadi setiap saat dalam hidupku saya berbuat dosa. Dosa itu terjadi melalui pikiran, perkataan, dan tindakan. 

Lalu guru itu mengingatkan saya akan perkataan Tuhan yang mengatakan bahwa bukan orang sehat yang memerlukan tabib atau dokter tetapi orang sakit dan bahwa Tuhan datang bukan untuk memanggil orang benar tetapi orang berdosa (Markus 2:17).

Sejak saat itu saya mencoba untuk mengerti bahwa keadaan berdosa bukanlah halangan untuk berdoa. Justru sebaliknya, perasaan berdosa adalah sikap yang kita butuhkan untuk berdoa. Karena pada saat itu kita pun mengakui belas kasih Allah yang begitu besar kepada kita manusia dan kita harus membuka hati kepada belas Kasih-Nya tersebut sampai kita merasa disembuhkan oleh Tuhan. 

Jadi jawaban atas pertanyaan nyamankah kita berdoa saat kita baru saja berbuat dosa terjawab. Dosa bukan halangan untuk berdoa tetapi motivasi untuk semakin membuka hati kepada Tuhan, mohon belas Kasih-Nya atas dosa-dosa kita, bahkan untuk dosa yang baru saja kita lakukan.

Kita ini bagaikan orang sakit yang membutuhkan dokter. Kita sakit dalam rohani dan karena itu kita butuh dokter rohani dan dokter itu adalah Tuhan dan hanya Tuhan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun