Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenali Paham Kebangkitan Badan dalam Kitab Suci

27 Juli 2020   09:45 Diperbarui: 27 Juli 2020   09:56 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia kebangkitan adalah dunia Allah. Adanya kebangkitan badan sebagaimana diyakini Gereja merupakan isi iman untuk menegaskan kuasa Allah sebagai sumber kehidupan bagi semua manusia. Dia adalah Allah orang yang hidup, "Allah bukanlah Allah orang yang mati tetapi Allah orang yang hidup" (Kel 3:6; bdk. Mat 22:32b). Dia setia pada janji-Nya untuk memberikan kehidupan kepada manusia yang percaya kepada-Nya dan akan senantiasa memperbaruinya.

Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, konsep mengenai kebangkitan ditemukan dalam Kitab  Daniel dan Kitab Yesaya. Inti permenungannya didasarkan pada konteks pembebasan bangsa Israel. Walaupun demikian, konsep-konsep Perjanjian Lama mengenai kebangkitan badan belum dirumuskan dalam sebuah doktrin yang jelas dan pasti.[1]

Apabila konsep Perjanjian Lama didalami, maka ditemukan dua gagasan fundamental  mengenai kebangkitan badan: pertama, kebangkitan badan merupakan kepenuhan janji Allah kepada bangsa Israel. Allah akan membebaskan orang-orang Israel yang percaya dan taat kepada-Nya dari kuasa dunia kematian dan menganugerahkan kepada mereka kehidupan yang bahagia (bdk. Dan 12:2; Yes 26:19); kedua, kebangkitan badan juga dipahami sebagai pembalasan Allah terhadap orang-orang Israel yang melakukan kejahatan dan menolak Allah di sepanjang kehidupan mereka. Penolakan itu diikuti dengan pembunuhan orang pilihan Allah. Mereka akan dibangkitkan Allah untuk dibinasakan, bukan untuk kebahagiaan kekal (bdk. Dan 12:2).

Perjanjian Baru

Ajaran Yesus Kristus

Dalam ajaran dan tindakan-Nya, Yesus menegaskan bahwa ada kebangkitan. Dia menunjukkan diri-Nya sebagai jaminan kebangkitan dan kehidupan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Dia adalah sumber dan sebab kebangkitan.

Dalam kehidupan dan karya-Nya, Dia memberikan tanda dan jaminan mengenai adanya kebangkitan. Adapun tanda dan jaminan itu: pertama, Dia membangkitkan orang mati (bdk. Mrk 5:21-42; Luk 7:11-17; Yoh 11); kedua, Dia berbicara mengenai "tanda nabi Yunus" (Mat 12:39); ketiga, tanda kenisah (bdk. Yoh 2:19-22); keempat, Dia menubuatkan bahwa Dia akan dibunuh dan akan bangkit pada hari ketiga (bdk. Mrk 10:34).

Inti ajaran-Nya mengenai kebangkitan akhirnya ditegaskan dalam pernyataan-Nya sendiri, "Akulah kebangkitan dan hidup" (Yoh 11:25). Melalui sabda-Nya ini, Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai sumber dan sebab kebangkitan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Pada hari kiamat, Dia akan membangkitkan semua orang yang percaya kepada-Nya (bdk. Yoh 5:24-25; 6:40), yaitu orang-orang  yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya sendiri (bdk. Yoh 6:54).

Seluruh ajaran-Nya mengenai kebangkitan akhirnya dinyatakan dalam kebangkitan-Nya sendiri dari alam maut dan perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya. Dia yang bangkit datang menjumpai para murid-Nya untuk membuktikan bahwa Dia sungguh-sungguh hidup, namun dengan cara yang baru dan sangat berbeda dengan kehidupan duniawi-Nya sebelum kebangkitan-Nya. 

Kehidupan sesudah kebangkitan itu penuh rahasia. Hidup sesudah kebangkitan adalah hidup-Nya yang baru, yaitu hidup yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, tempat dan barang-barang material; kehidupan yang melampaui pengalaman dan pengetahuan manusia.

Melalui peristiwa perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya, Dia ingin menegaskan mengenai peristiwa kebangkitan-Nya yang sungguh-sungguh nyata. Kebangkitan-Nya bukanlah khayalan. Perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya sangat penting untuk perkembangan iman mereka sendiri. Isi iman mereka harus didukung oleh fakta sejarah tentang kebangkitan-Nya itu.

Melalui perjumpaan itu, Dia memperlihatkan kemuliaan ilahi-Nya yang bisa ditangkap dengan nalar mereka yang sangat terbatas itu. Dengan demikian, Dia membangkitkan dan meneguhkan iman mereka akan kebangkitan-Nya sehingga mereka mengetahui, mengerti dan mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan sesudah kebangkitan-Nya, Dia hidup atas cara yang baru, yakni hidup yang telah dimuliakan.  

Fakta perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya ini akhirnya menegaskan bahwa semua harapan mengenai kebangkitan badan diwarnai seutuhnya oleh perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Semua orang yang percaya kepada-Nya, setia mendengarkan suara-Nya dan taat kepada-Nya akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia.

Ajaran St. Paulus

Dalam ajaran St. Paulus, kebangkitan diimani sebagai dasar harapan kristiani (bdk. 1 Tes 4:13). Dalam suratnya kepada umat di Tesalonika, St. Paulus menegaskan perbedaan antara kaum kristiani dengan penganut agama lain di zamannya. Kaum kristiani selalu berada dalam penantian akan kehidupan baru sesudah kematian, karena Tuhan sendiri sudah mewahyukan inti keyakinan iman ini. 

Yesus Kristus sendirilah yang meyakinkan mereka bahwa kematian tidak akan berkuasa selamanya; kematian bukanlah "akhir" yang bersifat defenitif. Kematian merupakan jalan menuju kehidupan dan setiap manusia yang hidupnya berkenan di hadapan Allah akan bangkit dari kubur dan akan mengalami kehidupan kekal. Semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (bdk. 2 Kor 15:22). 

Kebangkitan itu bersifat dan berlaku umum (untuk semua orang). Pada saat itu tidak akan ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani (bdk. Rm 10:12) dan semua manusia akan diubah (bdk. I Kor 15:51). Kebangkitan itu bersifat dan berlaku umum (untuk semua orang), termasuk kaum pendosa: "Akan ada kebangkitan bagi semua orang mati, baik orang benar maupun orang yang tidak benar" (Kis 24:15). 

Keyakinan iman ini menegaskan bahwa pesan kebangkitan Kristus yang menjadi harapan bagi semua bangsa manusia untuk mengalami kehidupan sesudah kematian tidak hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel, tetapi bagi seluruh bangsa manusia yang berdiam di bumi fana ini (bdk. Rm 8:18-25).[2] Pada saat itu tidak akan ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani (bdk. Rm 10:12). 

Semua bangsa manusia yang percaya kepada Allah dalam diri Yesus Kristus akan dibangkitkan pada akhir zaman. Pemberitaan kabar suka cita ini kepada bangsa lain di luar bangsa Israel merupakan panggilan St. Paulus. Karena alasan inilah, dia yakin bahwa kebangkitan badan akan dialami oleh bangsa Israel dan bangsa kafir.

St. Paulus juga mengajarkan bahwa kebangkitan merupakan suatu peristiwa yang sama sekali baru. Badan manusia akan dipersatukan kembali dengan jiwa dan akan dibangkitkan dalam keadaan yang serba baru: "Demikian pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kebinasaan dibangkitkan dalam kemuliaan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah" (I Kor 15,31-50).

 Catatan

[1] Paham kebangkitan badan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama terdapat juga dalam kisah penganiayaan Raja Antiokhus IV Epifanes terhadap seorang ibu dengan ketujuh anaknya (bdk. 2 Mak 7:9,11,14,36,22-23). Dari kisah ini makna kebangkitan badan dimengerti sebagai pembalasan YHWH kepada bangsa Israel dan bangsa Yunani. 

Bagi mereka yang tetap setia akan menerima hidup sesudah kematian sementara mereka yang tidak setia dan juga para penganiaya akan mendapatkan siksaan yang kekal (bdk. 2 Mak 7:36). Selain itu makna kebangkitan badan juga dimengerti sebagai pengungkapan kuasa Allah yang memberikan kehidupan dan akan memulihkan kehidupan itu kelak (bdk. 2 Mak 7:22-23).

Sumber
Alkitab. Terjemahan ini diterima dan diakui oleh Konferensi Waligereja Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2009.

Katekismus Gereja Katolik. Diterjemahkan berdasarkan edisi bahasa Jerman oleh Herman Embuiru. Ende: Arnoldus, 1998.

Levenson, Jon D. Resurrection and Restoration of Israel: The Ultimate Victory of the God of Life. London: Yale University Press, 2006.

Margoliouth, D.S. (ed.), A Commentary on the Book of Daniel. Oxford: Clarendon Press, 1889.

Martin, Ralph. Is Jesus Coming Soon? A Catholic Perspective on the Second Coming. United State of America: Servant Books Ann Arbor, 1997.

O'Collins, Gerald. Christology A Biblical Historical and Systematic Study of Jesus: Second Edition. New York: Oxford University Press, 2009.

Petrus K. Aman, "Kebangkitan Badan dan Kehidupan Kekal. Amin!" dalam Josep Ferry Susanto, (ed.), Credo dan Relevansinya: Ulasan Komprehensif Rumusan Iman Kristiani. Jakarta: Obor, 2014.

Petrus Maria Handoko, "Yesus Turun ke Neraka", dalam Hidup, no. 17 tahun ke-69 (26 April 2015.

Porter, Stanley E. Paul and His Theology. Leiden: Koninklijke Brill NV, 2006.

Sanjaya, V. Indra. Menelusuri Tulisan-Tulisan Deuterokanonika (Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Biblika Indonesia, 2015.

Simamora, S. Tano. Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan Budaya. Jakarta: Obor, 2014.

Suwandi, Alex I. Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun