Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Kitab Ester dan Nehemia

7 Juli 2020   08:25 Diperbarui: 7 Juli 2020   08:34 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1. Introduksi 

Kitab Ezra dan Nehemia merupakan peristiwa-peristiwa terakhir dalam Perjanjian Lama, jika ditelusuri dan dipelajari berdasarkan urutan kronologisnya. 

Pada bagian Kitab Ezra memuataz gambaran penuh suka cita dan kemuliaan karena kembalinya umat Allah dari pembuangan di Babel serta usaha dan semangat untuk membangun kembali Bait Suci yang telah hancur. 

Selain itu, sepulang dari pembuangan di Babel mendapat tugas dari raja Persia untuk mengajarkan hukum Taurat. Sedangkan Nehemia ditugaskan memikul tugas kenegaraan untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Sejak itu, tembok dibangun kembali, Taurat dibacakan dan berbagai peribadatan dirayakan penuh suka cita.[1]

2. Judul

Kitab Ezra dan Nehemia diberi judul sesuai dengan tokoh-tokoh utamanya. Nama Ezra adalah bentuk singkat dari "Azariah" artinya "Yahweh menolong". Sementara arti dari Nehemia dipahami sebagai "Yahweh yang menghibur". Namun, pesan yang disampaikan kedua kitab ini tidak berkaitan dengan nama-nama tersebut. Dalam daftar-daftar maupun catatan-catatan di mana kedua kitab ini dianggap satu kesatuan, digabungkan serta dinamakan Ezra.[2]

3. Tujuan

Kedua kitab ini bertujuan menampilkan dan menggambarkan situasi kehidupan umat Allah sebagaimana kemudian diungkap sepenuhnya dalam masa pasca-pembuangan, baik segera sesudah pembuangan maupun sekian tahun berikutnya. Sorotan dari tulisan kedua kitab ini juga dapat dilihat dari perspektif keagamaan sehingga Bait Suci dan upacara-upacara agama menjadi hal pokok yang dianggap penting sekali. Kedua Kitab ini terkombinasi dengan melihat dan menyoroti hal yang sama yakni kesatuan dan kemurnian umat Allah. Maka keduanya ditulis untuk menunjukkan bahwa Allah masih tetap setia dan penuh rahmat kepada umat-Nya. Bangsa yang memperoleh identifikasi asal-usul mereka berabad-abad sebelumnya tetap berjuang untuk tetap setia kepada tradisi yang diletakkan oleh Musa.[3]

4. Posisi dalam Kanon

4.1 Urutan

Kedua kitab ini selalu muncul bersama, dan dalam semua tradisi naskah maupun pencatatan, urutan Ezra mendahului Nehemia. Dalam salinan-salinan Alkitab berbahasa Inggris yang ada saat ini, urutan kedua kitab ini berada pada posisi 1 dan 2 tawarikh sebagai bagian dari kanon Alkitab yang bermuatan "sejarah". 

Dalam kanon Ibrani, kedua kitab ini ada di antara "tulisan-tulisan" yaitu bagian ketiga dari kanon tepat berada di depan I dan II Tawarikh. Ini mencerminkan kesaksian dari catatan para nabi dan naskah-naskah kuno yang nyaris sama, kendatipun susunan tersebut berarti membalik urutan-urutan peristiwa menurut kronologinya yang wajar.[4]

4.2 Kesatuan

Sejak awal ada pendapat Ezra dan Nehemia dianggap satu kitab. Origen (185-253) adalah orang pertama yang membedakannya keduanya dalam karya terjemahannya dalam bahasa Latin (Vulgata). Sampai abad kelima belas masehi keduanya muncul sebagai kitab tunggal dalam naskah Ibrani. 

Para penyalin Yahudi, Masoretes yang biasanya memberikan kesimpulan pada tiap-tiap kitab Perjanjian Lama di bagian akhir Kitab Nehemia. Di samping itu, dalam tradisi naskah Mesoretik tidak terdapat kesenjangan antara perikop Ezra 10 dengan Nehemia 1 yang dianggap bagian dari satu naskah bahkan satu kesatuan.[5]

4.3 Kaitan dengan Kitab I dan II Esdras

Kedua kitab ini, memiliki kaitannya dengan dua Kitab yang paling dikenal umum yaitu kitab yang dalam salinan bahasa Inggris disebut kitab I dan II Esdras. 1 Esdras menyalin ulang isi Kitab II Tawarikh 35-36, seluruh Kitab Ezra, dan Nehemia 7:38-8:12, memutus di tengah kalimat tentang pembaruan Ezra. Kitab ini secara khusus menyoroti sumbangan-sumbangan Yosia, Zerubabel, dan Ezra terhadap pembaruan dalam ibadah bangsa Israel yang berbahasa Yunani. Rujukan kitab-kitab ini baik berasal dari naskah Aram maupun naskah Ibrani tidak sama dengan rujukan yang diambil dari teks Masoretik serta tidak ada menyalin dari Kitab Ezra-Nehemia versi bahasa Yunani Kuno.[6]

Kitab II Esdras adalah jenis kitab yang sangat berbeda, karena merupakan satu-satunya kitab apokaliptis dalam apokrip. Ia mencela kejahatan Roma (babylon) dan menggumuli pertanyaan tentang teodisi (pembenaran terhadap keadilan Allah ataupun pembenaran Ilahi terhadap suatu kejahatan tertentu). Kitab ini pada awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Untuk saat ini salinan yang masih tertinggal berbahasa Latin, Siria, Koptik, Etiopia, Arab, Armenia, dan Georgia. Dalam salinan Vulgata, kitab ini dinamakan IV Esdras dan juga dikenal sebagai "the apocalypse of Ezra (Wahyu Ezra).[7]

5. Penulisan 

Masalah mengenai penulisan, penyusunan dan rujukan untuk Ezra-Nehemia lebih membingungkan dibanding dengan kebanyakan kitab sejarah lainnya. Menurut ajaran Talmud, Ezra adalah pengarang Kitab 1 dan 2 Tawarikh maupun kitab Ezra-Nehemia. Pandangan  ini bahkan banyak didukung oleh kalangan ilmuan dewasa ini. Sarjana-sarjana lain juga berpendapat bahwa penulis 1 dan 2 Tawarikh juga menulis Kitab Ezra-Nehemia (menyuntingnya menjadi bentuk akhir) meskipun orang tersebut bukan Ezra. Namun di lain pihak, ada juga sarjana yang mengklaim bahwa para penulis Ezra dan Nehemia adalah lain dengan penulis 1 dan 2 Tawarikh. Pendapat inilah yang paling mungkin.[8]

6. Pembaruan-Pembaruan

6.1 Pembaruan yang dilakukan Ezra

Pembaruan yang dikemukakan dalam Kitab Ezra hanya satu yaitu masalah perkawinan dengan orang asing. Ezra ingin memurnikan identitas bangsa Israel dengan memerintahkan bahwa setiap orang Israel yang menikah dengan orang asing harus meninggalkan pasangannya tersebut beserta juga anak-anaknya yang lahir dari hubungan mereka. Mereka adalah orang Israel yang tidak ikut dibuang ke Babel dan mereka telah mengadakan kawin campur dengan orang asing, yaitu dengan orang Kanaan, orang Het, orang Feris, orang Yebus, orang Amon, orang Moab, orang Mesir dan orang Amori (lih Ezra 9:1). Terhadap para bangsa tersebut, sejak awal Musa telah melarang mereka untuk mendekati dan membuat ikatan terhadap mereka (lih Ul 34:11).[9]

Dengan meminta agar bangsa Israel yang telah terikat dengan kawin campur menyuruh pergi pasangan dengan anak-anak mereka (lih Ezra 10:44), pertanyaan yang muncul adalah apakah tindakan ini tidak menyimpang dari hukum perceraian dalam Ulangan 24:1-4. Walter Kaiser mengatakan bahwa Ul 24:1-4 mengizinkan perceraian yang ditimbulkan oleh "sesuatu yang tidak senonoh" pada isteri. Sebagai imam yang taat pada hukum taurat, Ezra sangat memahami apa yang menjadi isi dari Ul 24:1-4 ini. Ia memahami bahwa kepercayaan dan kebiasaan perempuan-perempuan kafir (atau setidak-tidaknya praktik yang sinkretistik) termasuk dalam kategori "tidak senonoh" seperti yang disebutkan oleh hukum tersebut.[10]

6.2 Pembaruan yang Dilakukan Nehemia

Pembaruan pertama yang dilakukan oleh Nehemia ialah menyelesaikan berbagai persoalan internal yang mengancam kesatuan umat. Pertama, tentang ketidakadilan yang menimpa orang-orang miskin (lih Neh 5:1-13). Banyak penduduk sedang mengalami kelaparan dan tidak memiliki uang untuk membeli makanan (5:2). 

Ada juga yang menggadaikan harta miliknya guna membeli makanan (5:3). Ada yang menggadaikan hartanya untuk membayar pajak raja (5:4) dan yang lain dipaksa menjual anaknya sebagai budak untuk menutup utang-utang mereka (5:5). Sesungguhnya tentang utang dan perbudakan telah memiliki hukumnya sendiri dan itu diatur dalam Kel 21:2-11; 22:25-27; Im 25:1-55. Ul 15:1-18; Ul 24:10-13. Namun yang menjadi persoalan di sini bukan sekedar tersedianya peraturan-peraturan tersebut melainkan soal ketidakadilan dan jiwa dari hukum itu sendiri sebab banyak rakyat yang tidak mampu bertahan lagi.[11]

Untuk persoalan ini, Nehemia mengumpulkan orang-orang Yahudi kaya yang telah memberikan gadai kemudian menatar mereka dan memerintahkan melepaskan gadai dan menghapuskan pinjamannya. Mereka menyutujuinya (lih Neh 5:12-13). Nehemia sendiri berjanji melakukan hal yang serupa (lih Neh 5:6-11). 

Ia mempersembahkan hartanya (lih Neh 5:14-19). Kepada orang-orang Yahudi kaya, Nehemia memerintahkan agar menyerahkan harta benda mereka dengan sukarela. Sesungguhnya Nehemia telah memberikan lebih banyak hartanya dibandingkan dengan orang kaya Yahudi lainnya karena ia sendiri adalah seorang gubernur di propinsi tersebut dan dengan jabatan itu ia mestinya hidup dari dari propinsi itu sendiri namun tidak dilakukannya. Itu ia lakukan untuk menuntut jiwa kedermawanan dari orang-orang kaya Yahudi.[12]

Pembaruan yang kedua ialah Nehemia ikut serta dengan Ezra dalam pembacaan Kitab Taurat juga dalam upacara pembacaan "ikrar kesetiaan kepada perjanjian" (Neh 8-10). Efek dari ikrar ini ialah rakyat memisahkan diri dari orang asing dan berjanji tidak mengawini atau memberikan anak perempuannya kepada orang asing (lih Neh 10:28-30). Efek berikutnya ialah orang Yahudi tidak akan membeli dagangan dari orang asing yang berjualan pada hari Sabat (lih Neh 10:31). Mereka berjanji untuk membayar pajak bagi rumah Allah (lih Neh 10:32-33). Mereka juga berjanji membawa kayu api untuk mezbah (lih Neh 10:34). Mereka berjanji untuk mendukung keperluan para pelayan Bait Suci, imam-imam dan orang Lewi (lih Neh 10:35-39).[13]

 Pembaruan terakhir ialah penyucian dan pemurnian bangsa Yahudi. Pertama ialah pemisahan diri dari orang asing (lih Neh 13:1-3). Kedua, mengusir Tobia dan menyucikan Bait Suci (lih Neh 13:4-9). Ketiga, memerintahkan umat untuk menyerahkan persepuluhan dan menetapkan pengawas perbendaharaan untuk menjamin tersalurnya sumbangan bagi para pelayan rumah Allah, yaitu orang-orang Lewi dan para penyanyi dari rumah Allah (lih Neh 13:12-13). Keempat, menegur dan memerintahkan agar tidak mengulanginya kembali orang-orang Yahudi dan orang-orang asing yang melanggar peraturan Sabat (lih Neh 13:15-22). Kelima, memerintahkan rakyat agar berjanji tidak akan mengambil isteri dari perempuan asing lagi karena persaoalan kawin campur kembali muncul (lih Neh 13:28-29). Dalam pembaruan yang terakhir ini, Nehemia melakukan tindakan pemurnian dari segala kecemaran, penegakan ibadah yang benar dan menetapkan peratura-peraturan mengenai banyak perkara.[14]

7. Teologi Kitab Ezra-Nehemia

Teologi kitab Ezra-Nehemia ialah menekankan bahwa umat Allah memiliki kesinambungan dengan Israel Pra-Pembuangan. Bagi mereka, peristiwa keluaran dari Babel dan kepulangannya ke Yerusalem merupakan keluaran kedua setelah keluaran dari Mesir. Ezra dan Nehemia juga menekankan kesatuan umat Allah, dikhususkan dalam artian tidak tercemar. Selain itu, teologi dari kedua kitab ini menekankan pentingnya Bait Suci dan ibadah yang dilakukan di dalamnya. Sejalan dengan itu, kedua kitab ini juga menekankan arti pentingnya Kitab Suci. Mereka mengajak untuk membangun sikap taat kepada kitab Taurat Musa. Poin teologi selanjutnya ialah doa yang memainkan peranan menonjol dalam kedua kitab ini. Yang terakhir ialah kasih karunia atau rahmat Allah yang telah membebaskan mereka lewat kebijaksanaan dari penguasa Persia.[15]

Kepustakaan

Brown, Raymond E. Joseph A. Fitzmyer dan Roland E. Mruphy (ed.), The New Jerome Biblical Commentary. Student Edition. London: Geoffrey Chapman, 1997.

Davies, Gordon F. Berit Olam; Studies in Hebrew Narrative and Poetry. Ezra and Nehemiah. Minnesota: The Liturgical Press, 1999.

Fensham, E. Charles. The New International Commentary on the Old Testament: The Books of Ezra and Nehemiah. United Stateds of America: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1982.

Oward Jr, David M. Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama. (Judul asli: Introduction to the Old Testament Historical Books). Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun