Kutolak ajakan itu dengan menampar tangannya.
"Oh, C'mon! Let's we have fun tonight." Katanya memaksa, seperti anak kecil yang sedang memaksa temannya untuk bermain bersamanya, tentu saja inilah seorang Peter Pay yang aku kenal.
Walaupun sudah kutolak berulang kali, tetap saja dia memaksa dengan menarik tanganku hingga berdiri dekat di hadapannya.
"Lu kan tahu, cara dansa gue gimana." Kataku, memasang wajah cemberut. Dia pun tertawa, memahaminya.
"Let me teach you." Dan lagi-lagi dia mengeluarkan suara lembutnya yang entah darimana dia dapatkan, sedikit membuat hatiku bergejolak.
Dia menuntun tubuh kecilku mengikuti irama gerakannya, dengan perlahan-lahan dan penuh kesabaran. Tetapi yang kurasakan tubuhku terasa kaku.
"Bebasin diri lu!" Suruhnya. "Buang semua beban yang ada di pundak lu!"
Kutatap wajahnya, tampak kedua matanya memandang lembut wajahku dan garis senyum bibirnya yang membuatnya terlihat seperti seorang pangeran, yang sedang mengajarkan seorang putri malu bagaimana cara berdansa yang benar.
Kucoba lepaskan semua rasa sakit hatiku, dan buang jauh-jauh amarah yang terpendam. Kini tubuhku terasa sedikit ringan, seperti melayang, di bawah hiasan langit malam yang begitu indah.
"Mulai sekarang harus berdansa seperti ini, karena ini bukan konser band rock." Bisiknya.
Aku ingat, ketika pertama kali aku bertemu dan mengenal Pay. Saat itu aku baru pertama kali datang ke club ini, yang pertama kalinya aku mencoba untuk lepas dan terbang mencari Neverland. Pay menghampiriku di saat orang-orang di sekitar tidak memperdulikan keanehanku berada di sini, dengan lantangnya dia berkata, "Lu salah tempat, di sini bukan konser band rock!".