Mohon tunggu...
Dedi Purwanto
Dedi Purwanto Mohon Tunggu... -

Bismillahirohman nirohim\r\n"Buku adalah Jendela Dunia, Memperkaya pengetahuan dapat mengantarkan kita pada kesuksesan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Kesabaran Seekor Anak Kerang, Pasir pun Menjelma Jadi Mutiara

16 Juni 2014   20:38 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena Kesabaran Seekor Anak Kerang, Pasir pun Menjelma Jadi Mutiara

Inilah kisah anak kerang sebagaimana banyak diceritakan orang. Pada suatu hari, seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.”Anakku,”kata sang ibu sambil bercucuran air mata,”Allah tidak memberikan kepada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, ibu tahu anakku. Tetapi, terimalah itu sabagai takdir dengan penuh kesabaran. Kuatkan hatimu. jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat,”Kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Memang ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Terkadang ditengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mati, ia bertahun-tahun lamanya.

Tetapi, tanpa disadari sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun semakin berkurang. Semakin lama, mutiaranya semakin besar. Rasa sakitmenjadi terasa lebih wajar. Akhirnya, sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentukdengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga.

Dirinya kini, sebagai buah penderitaan bertahun-tahun, menjadi lebih berharga, lebih bernilai, dan lebih mahal dari pada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan. Itu semua adalah buah kesabaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun