Mohon tunggu...
Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi Mohon Tunggu... Penulis - Dedi Mulyadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis memberikan kontribusi bagi masyarakat , mencerdaskan masyarakat, tidak diperkenankan mengutip tulisan untuk komersial.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Lebih Baik Membeli Pedagang Asongan daripada Memberi pada Pengemis

11 Mei 2022   21:40 Diperbarui: 11 Mei 2022   21:48 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tribun Jakarta .Com

Dikota-kota besar seperti di Provinsi DKI Jakarta banyak ditemuai menggantungkan hidupnya dengan cara mengemis atau meminta-minta.

Padahal,  Rasulullan SAW adalah orang yang giat bekerja dan pantang berpangku tangan. Sejak muda, Rasulullah SAW, sebagai saudagar yang ulet dan jujur.

Sayangnya, kini banyak orang lebih suka memberi pada pengemis atau pengamen daripada membeli  orang  yang menjual kacang, koran, minuman, tisue, masker,  alasan mungkin kita tidak suka baca koran ataun makanan  yang ditawarkan tidak berselera.

Ketika kita memberikan sejumlah uang pada pengemis atau pengamen dilihat para pedagang asongan, sedangkan pedagang asongan menawarkan barang dagangan  pada kita, dan kita tidak membelinya,  tanpa sadar   mereka beranggapan buat apa cari nafkah  berjualan kerja keras,   nyata orang-orang lebih mudah dapat uang dengan cara mengemis atau mengamen.

Alangkah baiknya membeli barang dagangan pedagang asongan kendati kita tidak membutuhkannya, daripada memberikan pada pengemis ,  kita menghormati kerja keras pedagang asongan.

Pedagang asongan pekerja tangguh bisa saja dengan keuletan mereka akan menjadi pengusaha sukses,  sebab terbiasa menghadapi tantangan hidup.

Rasulullah, SAW,  dengan tegas dalam soal meminta-minta, " Tangan diatas (pemberi) itu lebih baik daripada tangan di bawah ( peminta-minta),"

Jika dilihat yang berkeliaran di jalan-jalan sebenarnya pengemis mampu mencari nafkah, tetapi dia lebih memilih jadi pengemis bahkan anak diekspoloitasi jadi peminta-minta.

Bisa dikatakan dia tidak mensyukuri nikmat anggota tubuh yang dikaruniakan Allah. Kalau dia bersyukur dia akan memanfaatkan anggota tubuhnya untuk bekerja mencari nafkah yang baik.

Apalagi situasi pandemi Covid-19 orang mengemis   belas kasihan dengan cara meminta-minta, kita sebagai warga masyarakat  harus seleksi  memberikan pada peminta-minta, karena mengemis adalah pekerjaan hina dan rendah. Lebih baik bekerja kasar atau menjadi pedagang asongan, buruh cuci,  dari pada menjadi pengemis ,(dm).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun