Bukan hanya itu, pemuda juga menjadi penggerak perubahan  perubahan pasca kemerdekaan disaat situasi pemerintahan yang dirasa tidak memihak rakyat. Tidak berlebihan peran pemuda pada waktu itu merupakan agen of change (agen perubahan).
Dengan setatus ahli waris tersebut tentu bukan berarti pemuda tingal bersantai santai dan hanya memikirkan kehidupan pribadinya, ketika merasa sudah sukses dan nyaman lupa akan tanggung jawab terhadap keberlangsungan pemuda lainnya. Ingat, tidak semua manusia dilahirkan memiliki kelebihan terutama jiwa kepemimpinan, siapa yang akan menggerakkan mereka jika hanya memikirkan diri sendiri?
Kemerdekaan Indonesia telah membebaskan dua asset yang sangat berharga, apabila dikelola dengan baik tidak menutup kemungkinan bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Pertama, Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah ruah, rempah  rempah, Kakao, Kelapa Sawit, Karet, Emas, Batubara, Minyak Bumi dan lainnya.Â
Barangkali keelokan inilah yang membuat bangsa lain tergiur untuk berebut kekuasaan di negeri ini. Sedangkan asset yang Kedua adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang begitu banyak dan siap menatap masa depan, karena setelah berhasil keluar dari penjajahan rakyat Indonesia mendapat kemudahan dalam berbagai aspek, terutama pendidikan. Pemuda harus mampu mengelola asset ini dengan baik agar tidak melulu dikola bangsa lain.
Karakter Kuat Syarat Bermartabat
"Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman, filosofi Jawa tersebut memiliki makna jangan mudah terheran  heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut kejut, jangan mudah kolokan atau manja. Sebuah filosofi Jawa yang memperingatkan kita agar tidak mudah menirukan dari apa yang kita lihat.Â
Untuk menjadi pemuda yang bisa menjadi agen perubahan harus memiliki karakter yang kuat. menurut Ki Hajar Dewantoro dalam bukunya yang berjudul Pendidikan (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan dan Sikap Merdeka) karakter atau watak adalah paduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang satu dengan orang yang lainnya.
Meniru  niru dalam konteks ini adalah kita mudah terbawa oleh budaya bangsa lain yang dikemas dengan berbagai hiburan. Sehingga menjadikan budaya mereka sebagai life style, tentu ini bertolak belakang dengan sila Pancasila dimana kita harus mencintai produk  produk dalam negeri. Karena, faktanya dari budaya yang kita lihat biasanya kita ikut - ikutan menggunakan apa yang mereka gunakan, alat elektronik, fashion, gaya rambut dan lainnya.Â
Bukan berarti kita tidak bisa menjadikan negara lain sebagai referensi, kita bisa mencari informasi bagaimana karakter  karakter positif yang dimiliki orang Jepang misalnya, sehingga mereka bisa memiliki ekonomi yang kuat.
Selain itu pemuda juga harus inovatif dan kreatif di berbagai bidang. Tidak bisa dipungkiri, majunya teknologi saat ini menuntut pemuda harus kreatif. Mark Zukenberg, CEO Facebook telah membuktikan dengan kreatifitasnya mampu mengantarkan ia sukses di usia muda, bahkan masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia. Saat ini manusia dipermudah dalam segala aktifitasnya.Â
Untuk membeli berbagai keperluan sehari  hari tidak perlu keluar rumah. Lagi  lagi sosok pemuda berada di balik perubahan  perubahan itu. Salah satu contoh bahwa pemuda harus kreatif dan inovatif.